MEDAN, KOMPAS.com – Jenazah Nazwa Aliya (19), remaja yang tewas diduga karena overdosis di Kamboja, telah dipulangkan ke kediaman keluarganya di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut).
"Jenazah anak saya sudah sampai Minggu (31/8/2025). Sudah dikebumikan juga di dekat rumah," kata Lanniari Hasibuan (53), ibu Nazwa, saat dikonfirmasi Kompas.com melalui saluran telepon pada Selasa (2/9/2025).
Lanniari menyebut, biaya pemulangan jenazah senilai Rp 138 juta telah dibantu oleh orang dermawan.
Baca juga: Kisah Remaja di Sumut Pamit Interview Kerja Berujung Tewas di Kamboja, Ungkap Sosok Christoper
"Ya untuk kendala dana sudah tidak ada lagi. Kami sudah mengikhlaskan aja kepergiannya. Apa lagi ini sepertinya yang dilawan bukan orang yang sembarangan. Jadi kami juga pasti beresiko kalau kasus ini dipanjangkan," ujar Lanniari.
Petugas Pengantar Kerja Ahli Muda BP3MI Sumut, Sumarni Sinambela, mengatakan pihaknya masih menunggu kabar terbaru terkait penyebab kematian Nazwa.
"Terkait investigasi penyebab kematian korban kami masih menunggu kabar terbaru dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Saat ini kami masih berkoordinasi," ucap Sumarni kepada Kompas.com melalui saluran telepon.
Nazwa, warga Jalan Bejo, Kecamatan Percut Seituan, Kabupaten Deli Serdang, sebelumnya menempuh perawatan di rumah sakit di Kamboja. Lulusan SMK Telkom 2 Medan itu memang memiliki keinginan bekerja di luar negeri, termasuk Kamboja.
Baca juga: Kisah Tragis Nazwa, Pamit Interview Kerja di Bank, Berakhir Tewas di Kamboja
“Awalnya anak saya minta izin untuk ikut study tour, tapi saya tolak. Lalu, ia minta izin untuk interview di salah satu bank, dan itu saya izinkan,” kata Lanniari saat ditemui di rumahnya, Jumat (15/8/2025).
Lanniari sempat ingin mendampingi Nazwa mengikuti interview di salah satu kantor cabang bank di Medan.
“Pada 28 Mei sekitar pukul 05.00 WIB, Nazwa sudah berangkat dari rumah. Saya sempat bangun, tapi karena lelah dan mengantuk, saya tidak terlalu memperhatikan,” ujarnya.
Keesokan harinya, Nazwa mengirim pesan WhatsApp bahwa kunci rumah ditinggalkan di jendela dan meminta komunikasi lewat SMS. Beberapa hari kemudian, Lanniari baru mengetahui bahwa Nazwa sudah berada di Bangkok, Thailand.
“Saya sempat pingsan saat mendengar itu. Waktu saya tanya dengan siapa ke Bangkok, Nazwa bilang bersama teman PKL-nya. Tapi setelah saya desak, ia mengaku pergi sendiri,” ungkap Lanniari.
Pada 7 Agustus 2025, Lanniari mendapat kabar dari KBRI di Phnom Penh bahwa Nazwa dirawat intensif di State Hospital, Provinsi Siem Reap, Kamboja. Namun Lanniari dilarang pergi ke Kamboja.
"KBRI melarang saya datang ke Kamboja karena katanya anak saya benci melihat saya. Mereka sarankan adik saya atau keluarga lain yang berangkat," jelasnya.
Kabar duka akhirnya datang pada 12 Agustus.
“Saya dapat kabar tanggal 7 Agustus anak saya dirawat di RS, dan kemarin, 12 Agustus, saya kembali dikabarkan kalau anak saya sudah meninggal dunia,” kata Lanniari dengan suara bergetar.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang