MEDAN, KOMPAS.com - Sehabis sarapan, Pendeta Irwanner Muda Ritonga (50) bersama Lea Filanie (59), istrinya, beraktivitas seperti biasa di rumahnya di Lorong IV, Desa Hutanabolon, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah pada Selasa (25/11/2025) pukul 09.00 WIB.
Suasana pagi yang tenang dan mendung berubah dalam sekejap saat air sungai mulai masuk melalui sela-sela pintu rumah Ompung Doli Joana (kakek Joana).
Bagi mereka, situasi itu sudah biasa.
Ia pun sempat menegur Ompung Boru Joana (nenek Joana), menyampaikan bahwa air sudah datang.
Baca juga: Banyak yang Masih Terisolasi di Tapanuli Tengah, Kapolres : Hanya Bisa Helikopter atau Lewat Hutan
Rupanya, tiba-tiba pintu rumah sudah didobrak air bercampur kayu dan batu.
Saat itu, sang istri berada di dalam kamar sedang berkomunikasi dengan anak-anaknya via telepon seluler.
“Loh, air sudah datang, Mak. Ku lihat ke hulu, air, batu, kayu sekaligus datang ke arahnya. Rupanya sudah roboh semua rumah ku lihat. Teriak lah aku kuat-kuat, mak lari kita. Itulah yang bisa kubuat, kalau ku kejar ke rumah, aku akan terseret,” tutur Pendeta Ritonga kepada Kompas.com saat dihubungi melalui telepon seluler, Senin (8/12/2025).
Dia lari ke teras rumah tetangga, karena gereja yang juga rumah tempat tinggal mereka dihantam kumpulan kayu.
Sampai di teras (rumah panggung), ia naik ke tangan dinding rumah itu.
Air pun di sana sudah naik.
Dalam benaknya, kondisi sudah bahaya, sehingga ia masuk ke rumah dengan merusak jendela.
Namun, air juga menembus rumah itu dan ia hampir tenggelam.
Baca juga: Desa Nauli Sitahuis, Tapanuli Tengah yang Terisolasi dan Dikepung 10 Titik Longsor
Beruntung, ada kasur dan ia berdiri di sana. Tidak lama berselang, Pendeta bertemu dua orang pria.
Satu bermarga Hutabarat (50) dan satu lagi seorang anak yang masih kelas 2 sekolah dasar (SD).
Kedua warga itu terbawa arus air dan berusaha menyelamatkan diri. Pria bermarga Hutabarat itu mendesak pendeta supaya keluar dari rumah.