MEDAN, KOMPAS.com - Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (P3AKB) Sumatera Utara meminta agar foto anak yang diduga membunuh ibunya tak disebar di media sosial.
"Tolong jangan disebarkan foto anaknya, karena itu bagian dari perlindungan anak ya," kata Kepala P3AKB Sumut, Dwi Endah Purwanti saat diwawancarai usai polisi gelar pra rekonstruksi kasus tersebut di Medan pada Minggu (14/12/2025).
Dwi pun menyampaikan, sejak awal pihaknya telah melakukan pendampingan terhadap AL (12), anak yang berhadapan dengan hukum karena diduga membunuh ibunya. Sejauh ini kondisi AL cukup baik.
"Anaknya sehat, bagus," ujar Dwi.
Baca juga: Kasus Dugaan Anak Bunuh Ibu di Medan: Polisi Gelar Pra-Rekonstruksi Selama 6 Jam
Sementara itu Kepala Polrestabes Medan Kombes Calvijn Simanjuntak, turut merespon mengenai isu-isu liar yang berpotensi merugikan pihak lain terkait kasus tersebut.
"Saya ingin sampaikan, tolong bersabar bahwa kasus ini masih proses penyelidikan dan penyidikan. Tolong saling menahan diri karena kasus ini kami menangani dengan hati-hati," ucap Calvijn.
Sebelumnya diberitakan, AL diduga membunuh ibunya, F (42) pada Rabu (10/12/2025). Kepala Lingkungan V, Kelurahan Tanjung Rejo, Tono, mengungkapkan situasi saat tiba di lokasi kejadian.
"Saya lihat korban sudah tergeletak di dalam kamar lantai satu, di atas kasur, bersimbah darah," kata Tono kepada Kompas.com.
"Kalau kondisi kakaknya waktu itu jari-jarinya terluka. Jadi diobati dokter yang datang. Terus adiknya (AL) terduduk saja di sofa ruang tamu," sambungnya.
Tono menyampaikan, AL tidak menangis sama sekali, sementara sang suami tak kuasa menahan tangis melihat istrinya sudah meninggal dunia.
Baca juga: Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
"Jadi posisi tidurnya, istri sama dua anaknya di dalam kamar lantai satu. Kalau suaminya di lantai dua," ujar Tono.
Selama ini, keluarga korban tidak terlalu sering berinteraksi dengan tetangga. Bahkan kedua anak korban dikenal tertutup oleh warga setempat.
"Kalau kata warga, anak-anaknya ini setiap pulang sekolah langsung di rumah saja terus. Jadi jarang berinteraksi sama tetangga," tutup Tono.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang