MEDAN, KOMPAS.com - Suasana lengang di Dusun XXII, Desa Pondok Rowo, Kecamatan Sampali, Deli Serdang. Biasanya, di dusun ini tak pernah sepi dari suara lenguhan sapi karena hampir di setiap rumah memeliharanya paling sedikit 3 ekor. Belum lagi peternakan skala menengah yang jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor.
Ya, sejak sebulan terakhir warga gelisah karena sapinya sakit dengan gejala yang sama. Mulut dan hidung mengeluarkan liur, terdapat luka di gigi dan lidahnya, tidak selera makan, lemas, tidak bergairah, kuku pecah, berat badan turun.
Umumnya sapi-sapi itu membisu, tidak mengeluarkan suara. Hanya berdiri seperti termenung.
Baca juga: Cerita Peternak di Deli Serdang, Berat Badan Sapi Terpapar PMK Turun 1-2 Kg Setiap Hari
Ketua Kelompok Tani enggal Mukti, M. Sugito mengatakan, ada 800 ekor sapi yang dikelola anggotanya dan semuanya terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK).
Dikatakannya, ada dua ekor yang mati dan akhirnya dibuang ke sungai. Kemudian tiga ekor lagi terpaksa dipotong sebelum mati karena sakitnya dikhawatirkan tidak kunjung hilang. Daging sapi yang disembelih itu dibagikan kepada warga.
Seorang peternak sapi Taufik Hidayat mengatakan, saat ini di kandang peternakannya ada sekitar 140 ekor.
Dia memiliki dua kandang luas yang kini dijadikan tempat untuk isolasi sapi yang sakit.
Tidak hanya miliknya, sapi milik tetangganya yang kandangnya kurang memadai untuk isolasi juga ditempatkan di kandangnya untuk mempercepat pemulihan.
"Ya begini, nggak ada suara sapinya. Kalau sapi sehat kan pasti dengar suaranya. Nggak seperti ini," katanya, Senin (1/6/2022).
Dia lalu masuk ke rumah yang bersebelahan dengan kandangnya. Saat keluar dia membawa satu kotak obat-obatan, vitamin, dan alat suntik.
Taufik mengaku sudah mengeluarkan uang hingga Rp 15 juta untuk menangani sapi-sapinya yang sakit.
Hingga saat ini, tidak ada petugas dari pemerintah kabupaten atau pemerintah provinsi datang ke kandangnya. Bisa jadi ke kandang lain, duga dia.
Dia menyebutkan satu per satu obat dan vitamin yang dibelinya sembari menjelaskan harga, kegunaan, dan dosis yang diberikan serta dampaknya ke ternak sapinya.
Semua obat yang disebutkan Taufik harganya tidak murah, di atas Rp 50.000. Dia juga menunjukkan kardus berukuran sedang yang berisi botol sisa obat dan vitamin. Dia membelinya di toko obat hewan.
"Nggak mungkin kita nunggu sampai sapinya mati. Untuk obat (dan vitamin) saya sudah habiskan lebih dari 15 juta (Rp). Lain jamu-jamu lagi ya. Per ekor habis sekitar 15-30 ribu, induk kunyit, kelapa muda, asam jawa, gula merah. Karena dia (sapi) lemah, imun dia kita naikkan," katanya.