Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bobby Sebut Pembangunan di Sumut Tak Terlihat, Jubir Edy-Hasan: Hitung-hitungan Anak TK

Kompas.com, 26 September 2024, 17:26 WIB
Rahmat Utomo,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com-Juru bicara pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara nomor urut 2 Edy Rahmayadi dan Hasan Basri, Sutrisno Pangaribuan, menanggapi kritik Bobby Nasution soal pembangunan tingkat provinsi yang dianggap tidak terlihat. 

Sutrisno menilai perbandingan yang dibuat Bobby tidaklah tepat.

"Pertama, perbandingannya seperti hitung-hitungan anak TK. Tidak mungkin membandingkan APBD Kota Medan dengan APBD Provinsi Sumut secara langsung," ujar Sutrisno saat dihubungi Kompas.com melalui telepon seluler, Kamis (26/9/2024).

Baca juga: Bobby Nasution: Rp 6 Triliun Sudah Bisa Bangun Medan, Rp 50 Triliun Sumut Tak Kelihatan

Ia menjelaskan, dalam semua pemerintahan provinsi, sekitar 60 persen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) digunakan untuk kepentingan Aparatur Sipil Negara (ASN), termasuk gaji.

Menurutnya, tidak mungkin seluruh sisa anggaran digunakan untuk pembangunan infrastruktur jalan saja.

"Dinas Pekerjaan Umum (PU) tidak hanya mengurus jalan; ada pengairan, perhubungan, pendidikan, dan pertanian. Pemko Medan juga tidak memiliki lahan pertanian," lanjut Sutrisno.

Sutrisno Pangaribuan, juru bicara pasangan calon dan wakil gubernur Sumut nomor urut 2 Edy Rahmayadi dan Hasan Basri Dok Instagram Sutrisno Pangaribuan Sutrisno Pangaribuan, juru bicara pasangan calon dan wakil gubernur Sumut nomor urut 2 Edy Rahmayadi dan Hasan Basri

Ia menambahkan bahwa anggaran untuk dinas pertanian digunakan untuk berbagai program, termasuk penyediaan bibit ternak.

Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa perbandingan tersebut sangat tidak mungkin dilakukan.

Sutrisno juga menyebutkan, pembangunan yang dilakukan Bobby di Kota Medan banyak didukung oleh pemerintah pusat melalui anggaran pendapatan belanja negara (APBN).

Baca juga: Curhat Bobby Nasution: Sudah Bangun Medan, Masih Dibilang karena Jokowi

Ia berpendapat bahwa aliran dana ke Medan tidak terlepas dari status Bobby sebagai menantu Presiden Joko Widodo.

"Sebelum masa jabatan Bobby, tidak ada walikota yang mampu melakukan pembangunan semasif itu," kata Sutrisno.

"Karena apa? Karena bukan menantu presiden. Dzulmi Eldin, Abdillah, dan Akhyar bukan menantu presiden. Wajar saja mereka tidak bisa melakukan pembangunan semasif yang ada sekarang," sambungnya.

Sutrisno menyebutkan salah satu proyek yang menggunakan APBN adalah pembangunan tanggul rob di Belawan, yang menelan anggaran Rp 100 miliar.

"Jadi tidak semuanya berasal dari APBD, sehingga tidak bisa dibandingkan. Jika ingin menyerang, sebaiknya lebih intelek, jangan seperti anak-anak. Publik Sumatera Utara bukan anak-anak," ungkapnya.

Halaman:


Terkini Lainnya
 Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Medan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Medan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
Medan
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Medan
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
Medan
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Medan
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Medan
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Medan
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Medan
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Medan
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Medan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau