Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Keluarga dan Eks Penghuni Minta Kerangkeng di Rumah Bupati Langkat Dibuka Lagi, di Tempat Lain Bayar

Kompas.com - 27/01/2022, 20:19 WIB
Dewantoro,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Sejak Rabu (26/1/2022) pagi, ratusan warga berkumpul di area kerangkeng manusia yang ada di belakang rumah Bupati nonaktif Langkat Terbit Rencana Perangin-angin.

Warga yang kebanyakan adalah keluarga penghuni atau eks penghuni kerangkeng meminta kerangkeng di rumah Terbit dibuka lagi. Pasalnya, kerangkeng itu dianggap membantu warga merehabilitasi keluarga yang kecanduan narkoba.

Penolakan warga

Berikut beberapa penolakan warga terkait ditutupnya kerangkeng yang didapat Kompas.com di lokasi, Rabu (26/1/2022).

1. Kuhen Sembiring, "Rehabilitasi di sini gratis"

Kuhen Sembiring (61), warga Kelurahan Sei Musam, Kecamatan Bahorok, Langkat mengaku bahwa anaknya yang berinisial ES (25) adalah penghuni kerangkeng tersebut.

Sebelum diserahkan ke kerangkeng milik Terbit, ES pernah dibawa ke tempat rehabilitasi yang ada di Lau Bakeri, Deli Serdang, Sumatera Utara. Di rehabilitasi itu, kata Kuhen, dia harus mengeluarkan sejumlah biaya.

Baca juga: Hanya 9 dari 48 Penghuni Kerangkeng yang Hadiri Asesmen BNNK Langkat, Ini Hasilnya


Setelah keluar dari rehabilitasi di Lau Bakeri, ES memang sempat berhenti mengonsumsi narkoba selama dua tahun tapi kemudian terjerumus ke obat-obatan terlarang lagi.

Saat itu Kuhen mencari tempat rehabilitasi untuk anaknya, selain di Lau Bakeri. Hingga akhirnya dia mengetahui tentang "tempat rehabilitasi" yang dibangun Terbit di rumahnya.

Berbeda dengan sebelumnya, tak ada biaya sepeserpun yang harus dikeluarkan Kuhen untuk mengobati anaknya.

Menurutnya, ES tampak senang tinggal di kerangkeng yang ada di rumah Terbit. Setiap kali pulang ke rumah, ES pun terlihat tenang.

"Anaknya kini sudah sembuh dan badannya gemuk, mukanya pun tidak lagi pucat. Cuma di tahun baru ini tak bisa berkunjung katanya belum boleh (karena) sibuk," katanya.

Ketika mengetahui ada pemberitaan bahwa penghuni kerangkeng rumah Terbit tidak diberi makan dengan layak, dipaksa bekerja 10 jam, dan sebagainya, Kuhen langsung menanyakan kebenarannya ke ES.

Sejumlah warga berkumpul di kerangkeng di rumah Bupati nonaktif Langkat, Terbit Rencana Perangin-angin di Desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala, Langkat pada Rabu (26/1/2022).KOMPAS.COM/DEWANTORO Sejumlah warga berkumpul di kerangkeng di rumah Bupati nonaktif Langkat, Terbit Rencana Perangin-angin di Desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala, Langkat pada Rabu (26/1/2022).

"Dia bilang tidak benar. Dia dapat makanan dari pagi, siang, dan sore," ungkap Kuhen.

Terkait dipaksa bekerja selama 10 jam sehari, Kuhen pun membantah kabar itu. Menurut pengakuan anaknya, ES justru diajari cara bekerja di pabrik atau sekedar melihat-lihat.

"Kalau disuruh geser, ya wajar lah digesernya karea disuruh. Dia kan di pabrik itu hanya keliling, dikasih tau kerjanya gimana, bersih-bersih taman bupati, cuci pakaian sendiri, kan wajar itu," katanya.

Dia mengaku tak pernah mengirim makanan ke anaknya karena kebutuhan makanan sudah terpenuhi.

"Itu makanya kami mohon ini dibuka kembali biar kami tenang. Kubilang ya, surat perjanjian ada itu 'nakku. Kalau ada anak ibu kembali kena narkoba, bel kami, biar kami jemput. Kalau ditutup, ini kemana anak kami mau kami bawa. Kami keberatan lah ini ditutup. Terus yang dibilang tak layak itu apanya," katanya.

2. R. Surbakti, "Banyak manfaatnya bagi yang kena narkoba tapi tak punya uang"

R. Surbakti (55) mengatakan hal serupa. Anaknya berinisial RG (26) bahkan pernah masuk penjara karena narkoba.

Setelah keluar penjara, RG rupanya menggunakan narkoba lagi. Dia pun membawa anaknya ke rumah Terbit, dengan harapan RG bisa sembuh dan lepas dari narkoba.

Setelah tiga bulan tinggal di kerangkeng bersama penghuni lain, kata Surbakti, anaknya sudah bisa bekerja sebagai sopir truk di pabrik kelapa sawit milik Terbit.

"Karena sudah sembuh, lepas kerangkeng, bisa kerja, ya digaji lah dia. Ini banyak manfaat bagi masyarakat yang kena narkoba, tak punya uang, tapi harus direhab," kata Surbakti di depan kerangkeng.

"Jadi kami keberatan kalau ini ditutup. Dulu, anakku kalau lihat aku pingsan, dibiarkannya aja. Sekarang udah tahu saya (adalah) orangtua dia, kalau aku pingsan ya pasti kasian dia," sambungnya.

3. JS Sitepu, "Setahun di sini, akhirnya sembuh dan keluar"

JS Sitepu (38) sedang tiduran di papan kayu di dalam kerangkeng yang ada di belakang rumah Bupati nonaktif Langkat, Terbit Rencana Perangin-angin pada Rabu (26/1/2022). Dia pernah di situ selama 1 tahun lebih pada 2019 karena narkoba dan kini sudah tak mau menyentuh narkoba lagi.KOMPAS.COM/DEWANTORO JS Sitepu (38) sedang tiduran di papan kayu di dalam kerangkeng yang ada di belakang rumah Bupati nonaktif Langkat, Terbit Rencana Perangin-angin pada Rabu (26/1/2022). Dia pernah di situ selama 1 tahun lebih pada 2019 karena narkoba dan kini sudah tak mau menyentuh narkoba lagi.

Ditemui di kereng (kerangkeng) 1, JS Sitepu sedang tidur-tiduran di tempat tidur beralas papan kayu itu.

Dia mengaku teringat masa lalunya saat masih mengkonsumsi narkoba.

Selama belasan tahun dia mengkonsumsi sabu-sabu, ganja, dan ekstasi, menurutnya hanya membuatnya terpuruk, merasa tak berguna, dan seperti gila.

JS akhirnya memutuskan untuk mau direhabilitasi di tempat itu karena saat itu tidak memiliki uang untuk masuk ke tempat rehabilitasi lain yang berbayar.

"Saya masuk sini tahun 2019. Setahun lebih saya di sini, akhirnya bisa sembuh dan keluar," kata JS.

"Kusampaikan lah bang, di sini makan enak. Mau berapa kali, berapa sanggup perutlah. Soalnya waktu itu nasi itu kan di baskom. Pagi siang sore itu ada. Cukup lah untuk kami yang di sini ada 30 orangan," ujar warga Desa Raja Tengah Hulu ini.

Dijelaskannya, selama di sini JS dikuatkan secara mental melalui ibadah. Kemudian secara fisik dengan olah raga.

"Kami bangun jam 6 pagi setiap hari. Kami yang sembuh, ditanya mau kerja di sini atau keluar. Tapi memang aku waktu itu milih kerja di tempat lain. Dan kalau soal narkoba, aku nggak mau nyentuh lagi. Cukup lah yang dulu," katanya.

4. Edianta, isu terjadi perbudakan adalah hoaks yang keji

Edianta (28) mantan penghuni kerangkeng di belakang rumah Bupati nonaktif Langkat, Terbit Rencana Perangin-angin mengatakan bahwa perbudakan modern di tempat itu adalah hoaks dan keji. Dia pernah berada di tempat itu pada 2017 dan kini bekerja di pabrik kelapa sawit milik Terbit.KOMPAS.COM/DEWANTORO Edianta (28) mantan penghuni kerangkeng di belakang rumah Bupati nonaktif Langkat, Terbit Rencana Perangin-angin mengatakan bahwa perbudakan modern di tempat itu adalah hoaks dan keji. Dia pernah berada di tempat itu pada 2017 dan kini bekerja di pabrik kelapa sawit milik Terbit.

Sedangkan Edianta (28), warga Simpang Durian Mulo, Kecamatan Kuala, mengaku pernah menghuni kerangkeng pada 2017 karena sering mengkonsumsi ekstasi.

Menurutnya, pemberitaan bahwa di tempatnya sembuh dari narkoba terjadi perbudakan modern, adalah hoaks yang keji.

"Aku pengen meluruskan. Katanya ini perbudakan, makan dua kali sehari. Saya pernah di situ tiga bulan. Bulan aku diketemukan dengan psikolog. Bulan kedua aku ke kebun sawit karena suntuk di dalam kereng," katanya.

Baca juga: Kunjungi Kerangkeng di Rumah Bupati Nonaktif Langkat, Komnas HAM: Ada Dugaan Pelanggaran HAM

Di bulan ketiga dia sudah sembuh dari narkoba. Saat mau keluar, dia ditanya mau kerja di mana dan ditawarkan untuk kerja di pabrik. Dia memilih kerja di pabrik.

"Saya mau kerja. Saya dikasih perumahan di pabrik. Kerja di sini. Perumahan saya di pabrik. Perbudakan itu, logikanya gini, kalau itu ada, kenapa ini saya diberi perumahan. Badan saya gemuk, tak ada luka-luka. Sekarang kami di sini ingin menunjukkan kebenaran yang kami rasakan ada di sini bahwa tak ada perbudakan. Kami (rehab) di sini karena tak ada duit. Untuk yang legal kita tahu perbulan berapa. Di sini free," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Medan
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Sumatera Utara, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Sumatera Utara, 29 Maret 2024

Medan
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Medan Hari Ini, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Medan Hari Ini, 29 Maret 2024

Medan
Heboh 3 Polisi di Medan Diduga Main Judi di Asrama, Berujung Diperiksa Propam

Heboh 3 Polisi di Medan Diduga Main Judi di Asrama, Berujung Diperiksa Propam

Medan
Diduga Korupsi Rp 8 Miliar, Eks Bendahara RSUP Adam Malik Medan Ditahan

Diduga Korupsi Rp 8 Miliar, Eks Bendahara RSUP Adam Malik Medan Ditahan

Medan
Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Medan
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Sumatera Utara, 28 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Sumatera Utara, 28 Maret 2024

Medan
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Medan Hari Ini, 28 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Medan Hari Ini, 28 Maret 2024

Medan
2 Balita Tewas Saat Api Lahap Sebuah Rumah di Simalungun

2 Balita Tewas Saat Api Lahap Sebuah Rumah di Simalungun

Medan
Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Rabu 27 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Rabu 27 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Medan
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Sumatera Utara, 27 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Sumatera Utara, 27 Maret 2024

Medan
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Medan Hari Ini, 27 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Medan Hari Ini, 27 Maret 2024

Medan
Tawuran, Mahasiswa Fakultas Teknik dan Keolahragaan Unimed Medan

Tawuran, Mahasiswa Fakultas Teknik dan Keolahragaan Unimed Medan

Medan
Pasca Didemo, Pemkot Pematangsiantar Naikkan Upah Petugas Kebersihan

Pasca Didemo, Pemkot Pematangsiantar Naikkan Upah Petugas Kebersihan

Medan
Iptu Supriadi Jadi Tersangka Penipuan Penerimaan Akpol, Keberadaan Tak Diketahui

Iptu Supriadi Jadi Tersangka Penipuan Penerimaan Akpol, Keberadaan Tak Diketahui

Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com