Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Adat Nias Omo Hada: Arsitektur, Struktur, dan Keunikan

Kompas.com, 31 Januari 2022, 17:15 WIB
William Ciputra

Penulis

KOMPAS.com - Tidak hanya memiliki kesenian lompat batu yang melegenda, Nias juga mempunya rumah tradisional yang disebut dengan nama Omo Hada.

Omo Hada ini berupa rumah panggung yyang dibangun di atas tiang kayu nibung yang tinggi dan besar, serta beralaskan rumbia.

Omo Hada biasanya diperuntukkan bagi masyarakat Nias pada umumnya. Sementara rumah untuk kaum bangsawan Nias disebut Omo Sebua.

Baca juga: Rumah Adat Kalimantan Selatan: Nama, Sejarah, dan Makna Filosofinya

Arsitektur Vernakular Terbaik di Asia

Omo Hada atau rumah adat Nias dianggap sebagai salah satu gaya arsitektur vernakular terbaik di Asia.

Arsitektur vernakular adalah gaya arsitektur yang terbentuk dari proses yang lama dan berulang, sesuai dengan perilaku, kebiasaan, dan kebudayaan masyarakat.

Ciri-ciri arsitektur vernakular ini antara lain menggunakan bahan lokal, pengetahuan lokal, teknik sederhana, dan berkaitan dengan budaya.

Dari keterangan tersebut, rumah tradisional Nias ini sangat memenuhi kriteria dan ciri-ciri itu.

Rumah-rumah tradisional Nias dibangun tanpa menggunakan paku, sehingga jauh lebih mampu menahan gempa.

Selain itu, Omo Hada juga dibangun dengan bahan-bahan alam, seperti kayu nimbung dan alas rumbia.

Desain Omo Hada yang berbentuk panggung juga berkaitan dengan budaya lokal masyarakat Nias.

Rumah ini dibuat panggung atau ditinggikan dari tanah dengan tujuan untuk pertahanan, sebagai imbas dari peperangan yang terus terjadi di antara orang-orang Nias masa lalu.

Baca juga: Ruma Gorga, Rumah Adat Batak yang Sarat Makna

Jenis Arsitektur Rumah Tradisional Nias

Secara umum, rumah tradisional Nias terbagi dalam tiga jenis gaya arsitektur, yaitu Nias selatan, Nias tengah, dan Nias Utara.

Perbedaan ketiga gaya ini terletak pada bentuk rumah dan struktur desa tempat rumah-rumah itu berada.

Misalnya, arsitektur Nias utara berbentuk lonjong dan berdiri sendiri, sementara arsitektur Nias selatan bentuknya persegi panjang dan dibangun dari dinding ke dinding tetangga.

Adapun gaya arsitektur Nias utara dapat ditemukan di Kabupaten Nias Utara, Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli.

Gaya arsitektur Nias selatan dapat ditemukan di ujung selatan Kabupaten Nias Selatan, termasuk di Kepulauan Batu.

Sedangkan gaya arsitektur Nias tengah dapat ditemukan di pedalaman dan timur Kabupaten Nias Selatan, khususnya di Lahusa dan Gomo.

Baca juga: Rumah Adat Jambi Kajang Lako, Fungsi, dan Keunikannya

Susunan Bangunan Omo Hada

Omo Hada atau rumah tradisional Nias umumnya berbentuk persegi panjang yang berdiri di atas tiang.

Jika dilihat sekilas, Omo Hada ini akan mengingatkan pada bentuk perahu.

Rupanya, bentuk seperti perahu ini bukan kebetulan. Nenek moyang Nias sengaja mendesain rumah mereka seperti ini untuk mengantisipasi jika terjadi banjir.

Pintu Omo Hada biasanya ada dua. Pintu pertama seperti pintu pada umumnya.

Sementara pintu kedua berbentuk horizontak dengan daun pintu menghadap ke atas yang fungsinya sebagai perlindungan saat ada serangan.

Baca juga: 7 Rumah Adat Jawa Timur, Keunikan, Ciri Khas, dan Fungsi

Bagian-bagian Omo Hada dan Fungsinya

Setidaknya terdapat dua ruangan utama dalam rumah tradisional Nias atau Omo Hada ini.

- Ruang pertama bernama Tawalo, yaitu digunakan sebagai ruang tamu, bermusyawarah, tempat tidur para jejaka.

Ruang Tawalo dibagi menjadi beberapa lantai, yaitu lantai pertama untuk rakyat biasa, lantai bule untuk tamu, lantai dane-dane untuk tamu agung.

Kemudian lantai salohate sebagai tempat sandaran tangan tamu agung, dan lantai harefa untuk menyimpan barang tamu.

- Sementara ruangan kedua di Omo Hada disebut dengan nama Forema, yang letaknya di belakang Tawalo.

Forema ini berfungsi sebagai ruang keluarga, ruang tamu wanita, serta ruang makan tamu-tamu agung.

Di forema juga terdapat beberapa ruangan, yang berfungsi sebagai kamar tidur dan dapur.

Baca juga: Mengenal Honai, Rumah Adat Papua, dari Keunikan, Ciri Khas, hingga Fungsi

Rumah Tahan Gempa

Lokasi Nias yang sering dilanda gempa membuat rumah tradisional Nias atau Omo Hada didesain dengan fitur umum yang selalu ada dan disebut Ndriwa.

Ndriwa ini merupakan penyokong yang dipasang diagonal di antara tiang-tiang vertikal di bawah rumah.

Tiang-tiang rumah berdiri di atas lempengan batu, dan bukan dipancang ke dalam tanah layaknya rumah panggung di daerah lain.

Adanya Ndriwa dan pemancangan tiang di atas batu menciptakan struktur yang sangat kuat, dan bisa menahan getaran saat gempa.

Selain itu, rumah tradisional Nias atau Omo Haba juga dilengkapi dengan ukiran kayu yang rumit pada bagian dalam dan luar rumah.

Sumber:
Museumnias.org
Kemdikbud.go.id

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
 Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Medan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Medan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
Medan
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Medan
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
Medan
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Medan
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Medan
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Medan
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Medan
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Medan
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Medan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau