Pasukan yang dipimpin Jamin Gintings sempat melucuti senjata pasukan Jepang di Tiga Panah dan terlibat kontak senjata dengan pasukan Inggris yang mencoba masuk melalui Brastagi.
Meski sempat tersedak, dibantu dengan Pasukan Tama Ginting pasukan Inggris pun dapat dipukul mundur.
Jamin Gintings terlibat dengan banyak perang saat menjadi Komandan Resimen I Divisi X di Tanah Karo, Langkat, Deli Serdang dan Aceh Tengah.
Di wilayah yang kerap terjadi kontak senjata antara pasukannya dengan pasukan Belanda, Jamin Gintings pernah terlibat pertempuran Titi Bambu dan pertempuran Mardinding.
Pertempuran Titi Bambu berlangsung pada 21 Agustus 1947 ketika pasukan Kompi Markas Resimen I yang hendak menyeberang Sungai Wampu dibantai oleh tentara Belanda.
Sedangkan pertempuran yang terjadi di Bukit Mardinding terjadi pada 28 Desember 1948 ketika pasukan Batalion XV menyerang basis Belanda dengan taktik gerilya.
Tujuh orang pasukannya gugur, termasuk komandan Kompi Seksi II Letnan Kadir Saragih.
Atas prakarsa Jamin Gintings, untuk mengenang pertempuran berdarah itu nama Bukit Mardinding kemudian diganti menjadi Bukit Kadir.
Kemudian saat gerakan PRRI menyatakan perlawanan, Divisi Bukit Barisan tengah dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolon sedangkan Jamin Gintings menjadi kepala stafnya.
Pemerintah pusat kemudian mendaulat Jamin Gintings sebagai panglima menggantikan Simbolon yang terpaksa mengundurkan diri ke Tapanuli, kawasan basis Batak Toba.
Jabatan panglima disandangnya sejak 27 Desember 1956 hingga 4 Januari 1961.
Meski bertugas di daerah, namun Jamin Gintings termasuk panglima yang menonjol dan membawa karirnya melaju ke ibu kota.
Pada 1962, Menteri Panglima AD, Letjen Ahmad Yani menariknya ke Jakarta untuk mengisi pos asisten II bidang operasi dan latihan.
Jamin Gintings merupakan satu dari dua orang yang dekat dengan Nasution selain Sokowati yang kemudian dipilih oleh Ahmad Yani menjadi asistennya.
Dipilihnya Jamin Gintings terutama karena loyalitasnya terhadap Presiden Soekarno.