Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duka Selimuti Rumah "Driver" Ojol yang Meninggal Saat Terima Order meski Sakit

Kompas.com, 12 Agustus 2024, 13:47 WIB
Goklas Wisely ,
Reni Susanti

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Suasana duka menyelimuti rumah Darwin Mangudut Simanjuntak (49) di Jalan Pelita V, Kecamatan Medan Perjuangan, Kota Medan pada Senin (12/8/2024).

Darwin adalah driver ojek online (ojol) yang meninggal dunia saat menunggu pesanan customer di warung mi, Jalan Sutomo, Kota Medan, Minggu (11/8/2024).

Pantauan Kompas.com di lokasi, sejumlah keluarga dan kerabat Darwin berkumpul di dalam rumah duka. Dipandu seorang pendeta, mereka menggelar ibadah atas kepergian Darwin.

Baca juga: Driver Ojol di Medan Meninggal Saat Terima Orderan, Sempat Mengeluh Belum Makan

Di depan rumah duka, terparkir mobil jenazah yang akan membawa Darwin ke pemakaman di luar Kota Medan.

Desman Simanjuntak, abang kandung Darwin, tampak sibuk mengurus keberangkatan jenazah Darwin.

"Dia (Darwin) akan dimakamkan di Kelurahan Tiga Balata, Kabupaten Simalungun," kata Desman saat diwawancarai Kompas.com saat dijumpai di lokasi.

Baca juga: Bekerja Saat Sakit karena Tak Punya Uang, Driver Ojol Meninggal Ketika Pesan Mi

Ia menuturkan, Darwin tinggal di rumah duka tersebut sendirian. Sebab, Darwin belum berumah tangga. Sementara orangtua mereka telah meninggal dunia.

"Dia tinggal sendiri di rumah karena belum berumah tangga," ucapnya singkat.

Suasana menyelimuti rumah duka Darwin Mangudut Simanjuntak (49) di Jalan Pelita V, Kecamatan Medan Perjuangan, Kota Medan pada Senin (12/8/2024).  KOMPAS.com/GOKLAS WISELY Suasana menyelimuti rumah duka Darwin Mangudut Simanjuntak (49) di Jalan Pelita V, Kecamatan Medan Perjuangan, Kota Medan pada Senin (12/8/2024).
Sebelumnya diberitakan, Kanit Reskrim Polsek Medan Timur AKP Budiman Simanjuntak mengatakan, Darwin atau inisial DMS (49) mendadak meninggal sekitar pukul 08.30 WIB.

"Saat itu, DMS ini menerima orderan dari customer untuk membeli mi di lokasi," kata Budiman kepada Kompas.com melalui saluran telepon pada Minggu (11/8/2024).

"Nah, karena kondisinya kurang sehat, dibonceng kawannyalah ke lokasi," sambungnya.

Setelah berada di lokasi, tak berapa lama tiba-tiba DMS terjatuh dan pingsan. Warga sekitar pun heboh. Lalu, temannya langsung memeriksa kondisi DMS.

"Di situlah, diperiksa urat nadi di tangan dan leher, rupanya DMS sudah meninggal dunia," ujar Budiman.

Mendapati informasi itu, petugas pun mendatangi lokasi untuk mengevakuasi korban. Setelah itu, DMS dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan.

"Dari keterangan saksi, DMS ini rupanya menderita suatu penyakit. Kata kawannya, semalam DMS mengeluh tidak makan karena tidak punya uang," ucapnya.

"Makanya, untuk dapatkan uang dia tetap bekerja meski dalam kondisi sakit. Padahal, sudah diingatkan kawannya agar DMS jangan terlalu kelelahan," tambahnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Medan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Medan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
Medan
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Medan
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
Medan
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Medan
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Medan
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Medan
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Medan
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Medan
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Medan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Medan
Kronologi Ibu Dibunuh Anak Sendiri di Medan, Polisi Dalami Penyebab
Kronologi Ibu Dibunuh Anak Sendiri di Medan, Polisi Dalami Penyebab
Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau