“Sudah banyak saya urut, berbagai kalangan ada dari media, atlet, sampai gubernur Makassar. Saya diundang ke atas ke kamarnya. Untuk pelayanan sesuai keluhan, misalnya ada mengeluh sakit kepala, leher sakit, tangan dan juga kaki. Jadi itulah yang kita layani,” tuturnya.
Hamdanil mengaku tak mampu meluapkan kebahagiaannya sejak pertama kali dihubungi panitia. Sebab, disabilitas telah mendapatkan ruang yang sama seperti hal teman-teman lain pada umumnya.
“Saya sangat senang sekali. Artinya hari ini, di PON Aceh-Sumut ini kami ikut diajak bekerja, ikut menikmati dan menyukseskan PON XXI. Kebetulan saya sebagai tunanetra, keahlian pijat saya dibutuhkan untuk terapis,” paparnya.
Baca juga: Nagita Slavina, Ikon PON XX Papua, dan Mengenal Apa Itu Cultural Appropriation...
Bisa ikut berkontribusi dalam PON XXI, adalah sebuah kehormatan bagi Hamdanil.
Hal ini membuktikan, disabilitas sudah mendapatkan perhatian dari pemerintah khusus dalam event-event besar.
“Sesuai UU Nomor 8 Tahun 2016 yaitu disabilitas punya hak yang sama di bidang apa pun. Hari ini terbukti, kami sudah sama-sama bisa menyukseskan PON XXI di Aceh,” ucapnya.
Jika selama ini komunitas disabilitas masih kurang diperhatikan, Hamdanil berharap ke depan khususnya Pemerintah Aceh bisa memberikan kesempatan bagi mereka agar dilibatkan dalam setiap kegiatan.
Menurutnya, disabilitas juga memiliki hak dan keahlian masing-masing sesuai bidangnya. Karena itu, dia berharap semua pihak bisa mengambil contoh dari event PON ini.
“Berharap kepada pemerintah Aceh, disabilitas ini terus mendapatkan perhatian tidak hanya di PON tapi di kegiatan-kegiatan pemerintah lainnya,” pungkasnya.
Baca juga: Ramai soal Pijat Injak Punggung, Apakah Berbahaya? Ini Penjelasan Dokter
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang