"Ku chat lah adikku ini kalau sudah sampai kabari," imbuhnya.
Keesokan paginya, pada pukul 07.00 WIB, Rolin bangun dan kembali menghubungi Anggya. Namun, pesan-pesannya masih belum dibalas.
Ketika berita bus yang ditumpangi adiknya jatuh ke jurang akibat longsor menyebar, Rolin merasakan dadanya sesak.
Dia berupaya untuk mencari informasi lebih lanjut mengenai nasib Anggya.
Dalam perjalanan menuju lokasi longsor di Sibolangit, di tengah guyuran hujan, Rolin berharap bisa mendapatkan kabar baik.
"Harapanku, kalau pun dia lupa ingatan, masih bisa hidup. Itu saja," ungkap Rolin sambil mengusap air matanya.
Ketika Rolin berbicara, sebuah ambulans dari lokasi longsor tiba di depan warung.
Salah satu petugas BPBD memberikan kabar bahwa ada dua jenazah yang baru saja dievakuasi dari bus.
Rolin langsung memastikan ciri-ciri dari jenazah tersebut. Begitu mendengar informasi yang menyakitkan, tangis Rolin pun pecah.
Dia segera menelepon orangtuanya sembari menghapus air matanya.
Tanpa menunggu lama, Rolin bergabung dengan rombongan ambulans menuju RSUP Adam Malik.
Tragisnya, Anggya adalah salah satu dari dua jenazah yang ditemukan akibat longsor tersebut.
Rosario Dorothy, Manajer Hukum & Humas RSUP Adam Malik, menjelaskan bahwa dua jenazah korban longsor telah diantarkan ke rumah sakit, bernama Marta Sinaga (23) dan Anggya Sinaga (21).
Sementara, Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Hadi Wahyudi, mengonfirmasi bahwa sebelumnya ada tujuh korban longsor yang ditemukan tewas, yaitu Dimas Nansyah Putra Solin (18) dari Pematang Siantar, dan Jesica Adriani Hutapea (20) dari Medan.
Kemudian, Martin Sinulingga (57) dari Kabupaten Karo, Laurensius Sihombing (20) dari Samosir, Rosmita (46) dari Batu Mbelin, Deli Serdang, Hardiansyah (33) dari Medan, dan Yohana Tuti Sitohang (22) dari Samosir.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang