Christoper pun sering datang ke warung tempatnya bekerja. Di situlah keduanya menjalani komunikasi.
Seingatnya, Christoper adalah orang yang cukup baik karena beberapa kali memberi bantuan pada masa Covid-19.
Pada November 2023, Christoper sempat datang ke Sumut dan menjumpainya.
Rencananya, Christoper yang merupakan ilmuwan bergerak di bidang lingkungan hidup ingin membangun lembaga.
"Sempatlah 28 hari dia di sini. Terus terakhirnya dia pindah ke negara lain karena tidak memungkinkan membuka usahanya di sini. Momen itulah mungkin dia berkontak dengan Nazwa," ujar Lanniari.
Baca juga: KBRI Investigasi Kematian Warga Deli Serdang di Kamboja yang Diduga Overdosis
Pada 30 Mei malam, Lanniari lekas menelepon Christoper. Dia berpesan agar Christoper menjaga Nazwa.
Untuk sementara waktu, Nazwa tinggal di rumah Christoper.
Tiket kepulangan Nazwa pun telah dipesan pada 14 Juni. Seiring berjalannya waktu, ternyata Nazwa mengurungkan niatnya untuk kembali ke Indonesia.
Sebab, Nazwa merasa tak nyaman dan sudah menikmati tinggal di Kamboja.
Lanniari tak sepakat dan berupaya menghubungi KBRI agar membantu kepulangan Nazwa.
Namun, saat hendak dimediasi KBRI, Nazwa menolak dan menegaskan tak ingin diganggu hingga memblokir WhatsApp ibunya.
Alhasil, Lanniari mencoba mendapat kabar Nazwa melalui nomor ponsel adiknya. Dari situ, ia mendapati ada yang janggal dari balasan pesan Nazwa.
Diduganya kuat ada orang yang menguasai ponsel Nazwa.
Pada 8 Agustus 2025, Lanniari mendapat kabar dari Christoper bahwa Nazwa dirawat di rumah sakit di State Hospital, Provinsi Siem Reap, Kamboja.
"Kata Christoper karena overdosis minum panadol, tetapi kalau surat dari dokter, dia dispepsia (gangguan pencernaan)," ujar Lanniari.