Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata Bayi yang Diduga Diculik di Medan Dijual Ayahnya Rp 15 Juta

Kompas.com, 8 Mei 2024, 22:52 WIB
Rahmat Utomo,
Reni Susanti

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Polisi akhirnya mengungkap fakta di balik video viral 3 penculik bayi ditangkap di seputaran Pasar Tradisional Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Senin (6/5/2024). Ternyata bayi 11 bulan tersebut dijual oleh ayahnya.

"Hasil penyelidikan yang dilakukan oleh penyidik, menyatakan bahwa anak tersebut merupakan korban perdagangan anak yang dilakukan oleh orangtuanya, ayahnya berinisial FG (25)," ujar Wakapolrestabes Medan, AKP Zikri Muamar kepada wartawan di Polrestabes Medan, Rabu (8/5/2024).

Kata Zikri, saat beraksi, FG memosting informasi di Facebook pribadinya bahwa dia sedang membutuhkan orangtua asuh untuk anaknya.

Baca juga: Polisi Masih Buru Pembuang Bayi dalam Ember di Semarang

Postingan itu diunggah awal Mei 2024. Kemudian postingan itu dilihat 2 tersangka wanita, NJH (41) dan AHBS (25).

Mereka kemudian menawarkan diri untuk membeli bayi tersebut. Pada Jumat (3/5/2024) transaksi jual beli bayi dilakukan di sebuah tempat di Kecamatan Medan Tuntungan.

"Transaksi (bayi tersebut) dengan sejumlah uang kurang lebih Rp 15 juta," ujar Zikri.

Usai menjalankan aksinya, FG kabur dan kini polisi masih mencari keberadaannya. Kata Zikri, FG menjual bayinya tanpa sepengetahuan istrinya. Pasca-sadar bayinya hilang, ibu korban memosting informasi kehilangan bayinya di akun Facebooknya.

Baca juga: Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Postingan itu lalu diketahui oleh pelaku NJH dan AHBS. Mereka lalu menghubungi ibu korban.

Keduanya lalu menjanjikan akan mengembalikan bayi tersebut bila ibu korban mau menebus bayi itu Rp16 juta.

Kemudian disepakatilah lokasi pertemuan di dekat Pasar Tradisional Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan.

Saat tersangka datang, ibu korban berteriak minta tolong. Pelaku langsung ditangkap warga, lalu diserahkan ke polisi. Kini, polisi masih memburu FG yang masih buron.

"Saat ini FG sedang dalam proses pencarian, karena FG ini orangtua laki-laki dari korban yang sampai saat ini (atau) semenjak kejadian telah kabur," ungkap Zikri.

Dari penyelidikan sementara, pelaku menjalankan aksinya karena motif ekonomi. Namun Zikri belum mendetailkannya. Polisi juga masih mendalami apakah 2 tersangka yang ditangkap merupakan sindikat penjual anak.

"Masih kita dalami," ujar Zikri seraya mengatakan, bayi tersebut sudah diserahkan ke ibunya. 

Berita sebelumnya, kasus ini sempat heboh di media sosial. Dilihat dari akun Instagram @Medanheadline.news, awalnya tampak 3 pelaku digiring warga keluar dari sebuah rumah.

Suasana begitu ramai saat pelaku digiring warga. Bahkan pelaku nyaris dipukuli warga. 

Di narasi video dijelaskan awalnya anak korban diculik pelaku lalu pelaku minta tebusan di sebuah tempat. Saat bertemu di Jalan Jahe Perumnas Simalingkar, pelaku ditangkap warga.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Medan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
Medan
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Medan
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
Medan
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Medan
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Medan
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Medan
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Medan
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Medan
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Medan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Medan
Kronologi Ibu Dibunuh Anak Sendiri di Medan, Polisi Dalami Penyebab
Kronologi Ibu Dibunuh Anak Sendiri di Medan, Polisi Dalami Penyebab
Medan
Banjir dan Longsor di Tapanuli Tengah, 3 Puskesmas, 1 Pustu Rusak dan Tak Bisa Beroperasi
Banjir dan Longsor di Tapanuli Tengah, 3 Puskesmas, 1 Pustu Rusak dan Tak Bisa Beroperasi
Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau