Halini karena orang tua Tador melarangnya melakukan hal berbahaya, tentunya demi kebaikan anak semata wayangnya.
Setelah dianggapnya cukup dewasa, di usia dua belas Tador menceritakan kemampuannya kepada ayah dan ibu.
Namun harapan tinggal harapan, orang tua Tador justru marah karena ia tidak pernah bercerita dan menuduhnya berbohong.
Pun Tador pun masih tidak diizinkan membantu ayah dan ibunya di ladang karena masih dianggap anak kecil.
Tador pun harus kembali menelan kecewanya dalam-dalam, dan kembali ditinggal sendiri di rumah sementara ayah ibunya pergi berladang.
Tak berapa lama, jelang bulan Ramadhan kampung Tador akan mengadakan marpangir yatu mandi beramai-ramai dengan ramuan bunga dan rempah dan dilanjutkan makan bersama.
Keluarga Tador berencana akan ikut memasak gulai ayam dan sayur pepaya untuk dimakan bersama-sama warga di pinggir sungai.
Tador sangat antusias karena ini marpangir pertamanya, setelah tahun-tahun sebelumnya ia tidak diperbolehkan ikut seperti anak-anak lain di kampungnya.
Dengan gmbira Tador membantu ayah ibunya bersiap, namun malang di hari yang ditentukan Tador malah jatuh sakit dan badannya panas.
Ia hanya bisa berbaring, namun dalam hatinya ia ingin sekali berangkat mengikuti marpangir. Saat Tador mencoba bangun, tubuhnya tidak kuasa dan malah semakin lemas.
Ayah dan ibunya kebingungan, sementara hari beranjak siang dan nasi serta lauk telah selesai disiapkan.
Akhirnya dengan berat hati ayah dan ibu mengatakan akan tetap pergi marpangir tanpa mengajak Tador.
Mereka berpikir bahwa Tador sudah terbiasa ditinggal sendiri di rumah, sehingga tidak apa-apa meninggalkannya sendirian.
Mengetahui hal itu, Tador sangat sedih dan kecewa, ia sangat ingin pergi marpangir seperti anak-anak seumurannya.
Tador pun menangis meraung-raung mengetahui orang tuanya hendak berangkat tanpa dirinya.
Sang ibu yang tidak tega membujuk sang ayah untuk membawa Tador ikut serta dengan menggendongnya. Namun sang ayah menolak karena khawatir sakit Tador akan semakin parah.
Pada akhirnya mereka pun berselisih, dan suara perdebatan orang tuanya membuat tangisan tador semakin keras.
Bujuk rayu kedua orang tuanya tak bisa membuat Tador berhenti menangis. Hingga akhirnya sang ibu marah.