Pihak rumah sakit sudah berupaya, tapi masih dibebani dengan tuntutan uang dengan nominal yang jumlahnya fantastis.
"Itukan sudah enggak normal. Sudah ganti untung bukan ganti rugi lagi," sebut dia.
Refman mengaku belum pernah bertemu keluarga korban.
Seminggu sebelum menggelar konferensi pers, dia sudah mengajak bertemu. Namun keluarga korban tidak berkenan. Mereka hanya mau bertemu pihak administrasi.
Ditanya kembali apakah kliennya memang tidak pernah melakukan kesalahan, dia bilang benar.
"Tidak, tidak ada melakukan kesalahan karena memang dua-dua mau dioperasi," katanya lagi.
Keluarga korban mengatakan rumah sakit melakukan permintaan maaf, Refman membantahnya.
"Enggak ada permintaan maaf, orang enggak ada salah masa minta maaf? Kalau minta maaf berarti ada salah. Mungkin hanya miskomunikasi menurut saya," imbuhnya.
Sampai sekarang, pasien masih dirawat di RS Murni Teguh. Soal perawatan ini bagian dari pertanggungjawaban rumah sakit, kembali Refman membantahnya.
"Enggak, karena belum sehat, belum kita izinkan pulang. Masih dirawat, tidak ada perbedaan, walau sudah melaporkan rumah sakit. Itu haknya, silakan, tapi kita juga berhak menyampaikan apa yang terjadi sebenarnya. Keterangan saya ini setelah saya konfirmasi ke dokter dan rumah sakit, itulah informasi yang saya peroleh," tuntasnya.
Sakitnya Evarida Simamora, menurut Reynold Simamora, berawal usai adiknya mengalami kecelakaan sepeda motor di Sibolga. Kaki kirinya terluka.
Selang dua hari, Evarida terjatuh di kamar mandi. Sejak itu, kondisi kaki kirinya semakin parah.
Rumah sakit daerah merujuknya ke RS Murni Teguh. Sampai di sini, Evarida dianjurkan menjalani fisioterapi, enam kali pertemuan, akhirnya harus dioperasi.
Tindakan medis operasi dilakukan pada kaki kanan, padahal Evarida mengeluh kalau kaki kirinya yang sakit.
"Yang bermasalah kaki kiri, tidak pernah kaki kanan. Makanya di rekam medis dijelaskan ankle sinistra adalah kaki kiri," kata Reynold.