Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Matinya 3 Harimau di Medan Zoo, Empat Lainnya Sakit Parah

Kompas.com - 14/01/2024, 06:59 WIB
Rachmawati

Editor

Ini bukan pertama kali Medan Zoo menjadi sorotan publik. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah mengeluarkan surat peringatan pada 22 Desember 2023 lalu.

Sebelumnya, KLHK juga memberikan dua kali peringatan terkait pengelolaan Medan Zoo yang tidak memenuhi unsur kesejahteraan satwa.

Para pemerhati satwa liar menemukan kandang sempit dan kotor, dugaan satwa kelaparan, tingginya kematian hewan, sampai ketiadaan pengayaan terhadap kandang.

Baca juga: Kebun Binatang Bukittinggi: Daya Tarik, Sejarah, dan Harga Tiket

BBC News Indonesia memperoleh laporan bahwa sejumlah pihak manajemen pengelola saat ini dalam pemeriksaan di Polda Sumut.

Kepala Balai BKSDA Sumut, Rudianto Saragih Napitupulu, tidak menampik hal itu. Tapi ia enggan berkomentar lebih jauh. "Itu masuk penyelidikan. Itu ranah polisi. Kalau BKSDA kita fokus pada welfare, fokus pada satwanya,” katanya.

Saat dikonfirmasi, Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Hadi Wahyudi mengatakan, "Kami belum dapat konfirmasinya.”

"Tak ada tempat aman untuk harimau"

Sejauh ini jumlah harimau sumatra yang tersebar di Indonesia diperkirakan berjumlah 400 – 600 ekor. Angka ini sudah termasuk yang berada di kebun-kebun binatang atau lembaga konservasi lebih dari 200 ekor.

Harry Siswoyo dari Lingkar Inisiatif, lembaga yang fokus pada penyelamatan harimau sumatra, mengatakan populasi kucing besar ini makin terhimpit di alam liar karena perizinan tambang dan perkebunan yang menggusur habitat mereka.

Alih-alih diharapkan bisa hidup lebih lama di lembaga konservasi seperti kebun binatang, harimau sumatra justru mati karena sakit di tengah lingkungannya yang tidak layak.

Kata Harry, usia harimau sumatra di alam liar rata-rata 10-12 tahun, tapi jika dirawat di lembaga konservasi, umurnya bisa lebih dari 15 tahun.

"Harusnya mereka di pusat konservasi, yang jelas ada manusianya, tiap hari dikasih minum, dikasih makan, harusnya umurnya lebih panjang dibandingkan di alam liar,” kata Harry.

Baca juga: Setop Pembunuhan Gajah, Tindak Kejahatan Terhadap Satwa

Persoalan kematian harimau sumatra yang bertubi-tubi dalam dua bulan terakhir di Kebun Binatang Medan disebut Harry Siswoyo sebagai "sungguh menyedihkan”.

"Kalau sebelumnya sudah tahu pengawasan, pengelolaan Medan Zoo kurang baik, sudah beberapa kali menjadi laporan di media massa, semestinya pemerintah daerah bisa memiliki iktikad lebih serius, dan pengelola Medan Zoo juga lebih serius untuk itu. Kan bisa dicari banyak jalan,” katanya.

Untuk satwa endemik yang dilindungi seperti harimau sumatra, kata dia, semestinya menjadi prioritas dalam hal perawatan.

Artinya, segala ongkos yang dikeluarkan lebih baik dibebankan di APBD, tidak bisa hanya mengandalkan retribusi tiket masuk pengunjung. “Kalau hanya mengandalkan retribusi, ya repot dong,” katanya.

Baca juga: BKSDA Bengkulu Gagalkan Pengiriman Ilegal 787 Satwa Liar Burung

Bobby Nasution buka beberapa opsi

Kondisi kandang Medan Zoo yang terlihat rusak, Rabu (10/1/2024)Kompas.com/Rahmat Utomo Kondisi kandang Medan Zoo yang terlihat rusak, Rabu (10/1/2024)
Wali Kota Medan, Bobby Nasution, telah meminta PUD Pembangunan Medan melakukan subsidi silang terhadap salah satu unit usahanya itu.

Kata Bobby, saat ini BUMD itu memiliki lima unit usaha.

"Kita lihat memang dari unit usahanya, saat ini hanya satu unit usaha profitnya bisa menutupi kegiatan usaha yang lain. Ini yang kita sampaikan, dari profit itu ditambahkan yang pertama adalah untuk satwa disitu dan para pegawai Medan Zoo,” kata Bobby.

Selain itu, menantu Presiden Jokowi ini juga mengurai opsi lain yaitu suntikan modal dari APBD kepada Medan Zoo. Akan tetapi hal ini perlu mendapat restu dari DPRD.

Baca juga: Agar Satwa Tidak Stres, Kebun Binatang Ragunan Tutup Hari Ini

Opsi lainnya adalah relokasi.

"Opsi-opsi yang sudah ada sudah kita list, nanti opsi yang paling tepat itu yang kita pilih," kata Bobby.

Sementara itu, Plt. Direktur Utama PUD Pembangunan Medan, Bambang Hendarto mengatakan, “Tinggal ditunggu saja sama teman-teman, terobosan apa yang akan dilakukan pak wali kota ke depan.”

"Pak wali sedang menyiapkan konsep bagaimana kebun binatang medan ini jauh lebih baik dari sebelumnya,” kata Bambang.

Namun, pemerhati satwa liar dari The Wildlife Whisperer or Sumatra, Arisa Mukharliza menilai belum ada jalan keluar yang jelas dari Pemkot Medan. Padahal situasi satwa di dalamnya sudah pada tahap kritis.

Baca juga: Pemeliharaan Satwa, Taman Margasatwa Ragunan Tutup 2 Januari 2024

"Kalau kita masih bergantung dari keputusan wali kota, ya mungkin selanjutnya yang kita dapatkan adalah kabar-kabar kematian satwa selanjutnya,” kata Arisa.

Bagaimana bertahan dari hantaman pandemi?

Harimau ini lah yang videonya viral di media sosial. Harimau ini sedang masa pemulihan setelah sakit di bagian pencernaan di bulan Juni lalu. Kurangnya nafsu makan dan juga perubahan pola pakan di Medan Zoo membuatnya mengalami penurunan berat badan.KOMPAS.COM/DEWANTORO Harimau ini lah yang videonya viral di media sosial. Harimau ini sedang masa pemulihan setelah sakit di bagian pencernaan di bulan Juni lalu. Kurangnya nafsu makan dan juga perubahan pola pakan di Medan Zoo membuatnya mengalami penurunan berat badan.
Hampir seluruh kebun binatang yang tersebar di Indonesia pernah dihantam pandemi. Lebih dari 90% kebun binatang tidak mampu bertahan memberi makan satwa lebih dari satu bulan.

Karyawan dirumahkan, dan sebagian sudah mengambil ancang-ancang mengorbankan satwa herbivora sebagai umpan yang karnivora.

Di tengah situasi itu, sebagian pihak pengelola kebun binatang tak kehilangan akal mengambil jurus penghematan. Mereka mencari sumbangan dari donatur, melakukan substitusi makanan satwa, sampai menggagas penjualan tiket di muka.

Pemerhati kebun binatang, Sulhan Syafi’i, mengatakan hampir semua kebun binatang plat merah di daerah-daerah berhasil melewati masa sulit di tengah pandemi.

Baca juga: Satwa Primata Penghuni Pulau Terpadat di Indonesia

Kuncinya kata dia, "Pimpinan dan karyawan itu harus kreatif, karena itu harus membuat hal-hal yang menarik pengunjung“.

"Jadi sebuah Zoo harus melakukan inovasi, karena inovasi itulah yang membuat pengunjung, akan atau ingin berkunjung kembali,“ kata Sulhan yang saat ini menjabat manajer komunikasi di Bandung Zoo.

Namun, Sulhan tak menutup kemungkinan dalam kasus Medan Zoo faktor persaingan ikut berkontribusi dalam krisis keuangan berkepanjangan. "Tapi ketika persaingan makin ketat, dan lembaga konservasi atau institutsinya tidak berinovasi, ya kejadiannya seperti sekarang,“ katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com