Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Sultan Saragih, "Menggali" Kesenian Simalungun yang Nyaris Punah

Kompas.com, 25 Juni 2024, 05:18 WIB
Teguh Pribadi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

 

Sultan melanjutkan, Sanggar Rayantara tak hanya melestarikan budaya Simalungun lewat seni pertunjukan tari. Namun terus menggali kesenian dan tradisi Simalungun yang mulai punah.

Melalui jejaring dengan para seniman tempo dulu, dia mulai memperkenalkan satu per satu karya seni itu kepada generasi muda. Salah satunya adalah memperkenalkan Gonrang Sidua dua.

Alat musik gendang ini telah tergantikan dengan Gonrang sipitu pitu maupun keyboard, sehingga nyaris tidak pernah ditampilkan pada acara adat istiadat Simalungun.

Untuk itu, kata Sultan, Sanggar Rayantara mendatangkan Jelasmen Saragih (62) seorang pelestari Huda Huda dari Durian Baggal, Simalungun, untuk melatih anak anak di Sanggar.

Tak hanya Gonrang Sidua dua, ada alat musik lain yakni Sarune yang merupakan alat tiup dan arbab -alat musik berdawai. Kedua alat musik ini tergolong jarang digunakan, akibat orang yang mampu memainkannya sedikit sekali.

“Seperti arbab. Ini alat musik gesek dengan dua senar. Dulu kita membuat pertunjukan nggak sempat merekam karena kita nggak punya duit. Sekarang orang yang memainkannya sudah meninggal dunia,” ujar Sri Sultan.

Baca juga: Mengintip Uniknya Cara Mengenalkan Kesenian dan Budaya Sunda ke Generasi Muda

Selain itu, jenis tarian kesenian masa lampau yaitu Tortor Tukkot Malehat tergolong punah lantaran tidak semua mampu memainkan karena terhubung dengan ritual leluhur.

“Toping toping Huda huda sudah punah, tradisi adat kematian yang sudah tidak diwarisi lagi masa kini,” imbuhnya.

Dikatakan Sri Sultan, upaya penyelamatan karya seni maupun tradisi masa lalu itu sudah terbangun lewat jejaring dengan para seniman asli dari daerah.

Namun terkadang kendala dana, sebab mendatangkan para seniman itu perlu biaya.

Pernah suatu kali ia bertemu dengan penenun duduk khusus corak Bulang Sulappei. Penenun itu bersedia melatih, namun Sultan tak berani menyanggupinya.

“Bertenun sambil lesehan itu tinggal satu orang yang mengerjakan. Ada satu atau dua orang lagi yang bisa tapi sudah nggak mau lagi karena lebih memilih berladang,” katanya.

“Dia mau mengajarkan cara bertenun di Sanggar ini, tapi aku mikir bagaimana nanti uang makannya, tempat tinggalnya dan tidak mungkin tak ada uang sakunya,” sambungnya.

Berkaca dari situasi demikian, Sri Sultan Saragih berharap kepada Pemerintah agar serius untuk menyelamatkan kesenian Simalungun secara berkelanjutan.

Hal itu bisa dilakukan dengan memberdayakan seniman seniman daerah yang hampir terlupakan. Apalagi, Simalungun merupakan suku asli di Kota Pematangsiantar.

“Pemerintah harus melihat mana yang prioritas untuk bermitra program, untuk menyelamatkan kebudayaan secara berkelanjutan,” kata dia.

Upaya Pemkot Pematangsiantar

Halaman:


Terkini Lainnya
Menjarah dan Merusak Warung Warga Usai Tawuran, Pemuda di Medan Ditembak
Menjarah dan Merusak Warung Warga Usai Tawuran, Pemuda di Medan Ditembak
Medan
 Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Medan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Medan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
Medan
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Medan
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
Medan
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Medan
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Medan
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Medan
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Medan
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Medan
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau