MEDAN, KOMPAS.com - Debat calon gubernur Sumatera Utara antara pasangan Bobby Nasution-Surya dan Edy Rahmayadi-Hasan Basri berlangsung sengit di Hotel Santika Dyandra Medan, Rabu (6/11/2024).
Salah satu topik hangat yang dibahas adalah pembangunan tol dalam kota di Medan yang hingga kini belum terealisasi.
Debat ini memasuki sesi tanya jawab dengan sub tema peningkatan sektor pariwisata.
Baca juga: Bobby Nasution Tantang Edy Rahmayadi Laporkan Masalah Blok Medan
Bobby Nasution memulai dengan menyatakan, "potensi pariwisata di Sumut sangat luar biasa," sembari mencontohkan lokasi-lokasi seperti Danau Toba, Berastagi, dan Nias.
Namun, ia mengkritik pemerintah provinsi yang dianggap tidak cukup berperan dalam mengembangkan sektor pariwisata, meskipun banyak event nasional dan internasional yang diadakan di daerah tersebut.
"Banyak juga di Nias ada pergelaran internasional, tapi akses infrastruktur sangat tidak mumpuni," ujar Bobby.
Baca juga: Edy Tanya Blok Medan di Debat Pilkada, Bobby: Kami Tunggu Laporannya
Selanjutnya, Bobby mengaitkan isu pariwisata dengan pembangunan tol dalam kota di Medan.
Ia mengingatkan Edy Rahmayadi tentang peletakan batu pertama tol yang pernah dilakukan, tetapi hingga kini pembangunan tersebut belum juga terwujud.
"Kami ingat, bapak pernah waktu itu, peletakan batu pertama untuk tol dalam Kota Medan. Selama saya jadi wali kota, Pak, saya cari-cari di mana batu itu, tak ada batu itu, Pak. Di mana batu yang bapak letakkan itu? Kok tidak ada batu-nya, tidak ada tol-nya," tegas Bobby.
Bobby juga mempertanyakan keputusan Edy yang lebih memilih mengaspal rumah dinasnya dengan anggaran Rp 2 miliar ketimbang membangun pariwisata di Nias.
Namun, Edy tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut dan memilih membahas keindahan alam Sumatera Utara.
"Memang pariwisata, kita wajar bahwa Sumut surga kecil yang diberikan Tuhan. Begitu indah alamnya, lengkap ada danau, gunung, laut, dan sungai yang begitu banyak, walaupun potensi sungai yang kurang diurus akhirnya kalau hujan banjir," ungkap Edy.
Merasa pertanyaannya belum terjawab, Bobby kembali menekankan pentingnya menjawab pertanyaan inti mengenai pembangunan tol.
"Masalah batu belum dijawab, peletakan batu pertama untuk tol dalam kota. Bapak bilang sungai banjir, bapak perencanaan mau bangun tol di pinggir sungai," katanya.
Edy kembali diberi kesempatan untuk menjawab, tetapi tidak memberikan jawaban yang memuaskan.
Ia menyatakan bahwa tidak pernah melakukan peletakan batu pertama untuk tol tersebut.
"Membangun infrastruktur itu bukan terus membangun seperti itu, batu di mana batu, tidak ada. Tidak ada perencanaan, pembuatan jalan yang sampai dengan tuntas," jelas Edy.
Edy juga menjelaskan mengapa beberapa program kerjanya tidak terlaksana.
"Pada tahun 2019 yang rencananya kita kerjakan, kita harus bayar utang. 2020 sampai 2022 akhir itu kita Covid-19. Pak Bobby termasuk Kota Medan, pak Bobby walikotanya, Covid-19 yang menangani provinsi, bukan Kota Medan," ujarnya.
Sebelumnya, rencana pembangunan Tol Dalam Kota Medan atau Medan Intra Urban Toll Road (MIUTR) diproyeksikan sejak Maret 2019.
Proses studi kelayakan (feasibility study) dilakukan pada awal tahun 2020, dan jika berjalan lancar, peletakan batu pertama dijadwalkan pada Februari 2020.
"Progresnya masih sesuai rencana. Kalau feasibility study selesai dalam waktu dekat ini, mudah-mudahan groundbreaking dilaksanakan sesuai jadwal yaitu Februari 2020,” kata Kepala Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Provinsi Sumut, Effendy Pohan, pada 16 Januari 2020.
Namun, hingga masa jabatan Edy Rahmayadi, proyek tersebut tidak pernah terlaksana.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang