MEDAN, KOMPAS.com - Jasmine Meilani (21), mahasiswa Teknik Industri Universitas Sumatera Utara (USU), berambisi agar ulos, kain khas Batak, dikenal di seluruh dunia.
Melalui Museum Ulos Digital dan menciptakan tren fashion bertemakan ulos, Jasmine memulai upaya untuk mewujudkan cita-citanya.
Keinginan Jasmine untuk melestarikan ulos sudah ada sejak ia berusia 16 tahun.
Baca juga: Tak Hanya Ulos, Tapanuli Selatan Juga Punya 13 Motif Batik Kreasi Ibu-ibu
Ketika itu, ia terpukau melihat kain ulos khas Simalungun yang dikenakan oleh tetangganya.
Perpaduan kelembutan dan keindahan warna kain ulos membuatnya tertarik untuk memahami filosofi ulos dalam kehidupan.
“Yang membuat jatuh cinta adalah ulos memiliki makna yang sangat mendalam, terdapat 3 simbol kehidupan masyarakat Batak: darah, napas, dan kehangatan,” ujar Jasmine kepada Kompas.com, Sabtu (16/11/2024).
Bagi masyarakat Batak, ulos bukan sekadar kain penghangat.
Ulos memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pesta adat, kematian, hingga menyambut kelahiran.
"Nilai mendasar inilah yang membuat ulos merupakan kain dengan makna sosial, spiritual, dan simbolis yang mendalam bagi masyarakat Batak," tambahnya.
Dengan latar belakang tersebut, Jasmine bertekad untuk memperkenalkan ulos kepada generasi Z.
Ia terinspirasi untuk menghadirkan tren fashion bertemakan ulos melalui bisnis online bernama Malungoen.id, yang dirintisnya sejak kuliah.
Melalui Malungoen.id, Jasmine merancang pouch (tas kecil) dan tote bag dari ulos, dengan harapan agar ulos dapat menjadi bagian dari fashion generasi Z.
Seiring berjalannya waktu, peminat produk Malungoen.id meningkat, bahkan Jasmine harus melayani pesanan hingga ke Malaysia.
Tidak puas hanya dengan fashion, Jasmine juga berusaha memadukan ulos dengan teknologi.
Pada April 2024, ia merancang konsep Museum Ulos Digital yang dinamakan Ulos Heritage Museum.