“(Rancangan) Museum ini menghadirkan teknologi mixed reality sebagai daya tarik utama. Kelebihannya, pengunjung dapat merasakan pengalaman yang mendalam dan interaktif melalui perangkat headset yang menggabungkan elemen fisik dan digital,” ungkapnya.
Menurut Jasmine, konsep mixed reality (MR) ini belum diterapkan secara luas di museum di dunia, hanya sebatas penelitian dan uji coba.
"Dengan diterapkannya MR di Ulos Heritage, diharapkan museum ini menjadi pelopor museum-museum di dunia untuk membawa warisan nasional menjadi warisan dunia,” katanya.
Dalam rancangan museum ini, kain ulos tidak hanya dipamerkan secara fisik, tetapi juga dijelaskan melalui animasi dan informasi interaktif dalam bentuk hologram.
"Ulos Heritage ini terbentuk sebagai hasil buah pikir Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) USU. Saya sebagai ketua, bersama anggota Ranti, Dinda, Aziz, dan Rizfan, didampingi dosen Ir. Tania Alda," jelas Jasmine.
Baca juga: Titiek Soeharto Senang Banyak Anak Muda Mulai Lirik Ulos
Rancangan museum ini sempat diikutsertakan dalam pekan ilmiah dan program kreativitas di Indonesia, di mana karya Jasmine dan timnya mendapatkan apresiasi.
"Tim Ulos Heritage berhasil meraih penghargaan Kelompok Terkreatif di PKM Awards Skema PKM VGK Klaster I, serta medali perunggu untuk Poster Gagasan di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-37 di Universitas Airlangga," kata Jasmine.
Untuk mewujudkan gagasannya, tim rancangan museum ulos ini pernah beraudiensi dengan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Sumut.
Namun, hingga saat ini, keinginan Jasmine untuk merealisasikan Ulos Heritage Museum belum terwujud.
"Rancangan itu kini menjadi arsip dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbud Ristek RI, diharapkan gagasan ini dapat direalisasikan kelak," tutupnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang