MEDAN,KOMPAS.com - Perasaan sedih selalu menghampiri pilot helikopter Polda Sumut, AKP W. Budianto, saat mengantar bantuan logistik ke daerah yang terdampak bencana longsor dan banjir di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara.
Pasca musibah terjadi, Senin (24/11/2025), dalam sehari 2 sampai 3 kali dirinya harus membawa bantuan logistik ke daerah-daerah terisolasi.
Acap kali saat helikopter berhasil menurunkan bantuan, hatinya iba, melihat penderitaan masyarakat karena musibah ini.
Baca juga: Pascabencana di Tapanuli Tengah, Ratna Terharu saat Video Call Anak: Hemat-Hematlah Dulu ya Mang’
Seperti hari ini, Selasa (9/11/2025), dia membawa helikopter ke Desa Rampa Kecamatan Sitahuis, Tapteng.
Di desa itu bantuan sempat terhambat selama seminggu, karena akses menuju ke lokasi sulit dicapai, karena berada di atas perbukitan sementara wilayah sekelilingnya tertutup material longsor.
Kondisi di Tapanuli Tengah. Namun akhirnya helikopter berhasil landing, Budianto merasa lega.
Sejumlah sembako berhasil diserahkan ke masyarakat mulai dari beras, makanan cepat saji dan air.
Masyarakat pun berduyun- berduyun mengambil bantuan demi bisa bertahan hidup.
"Setiap hari kami melakukan dua sampai tiga kali airdrop logistik, jika situasi memungkinkan. Saat melihat situasi di sana, kita pengen nangis," ujar W Budianto melalui keterangan tertulis dari Polda Sumut.
Baca juga: Hilang Hampir 2 Pekan, Suami Istri Korban Longsor di Tapanuli Tengah Ditemukan Tewas Berpelukan
Namun keadaan emosional ini juga memotivasinya untuk semakin banyak membawa bantuan ke daerah terisolasi ini.
"Makanya apa yang bisa kami lakukan, kami lakukan. Kita berikan kemampuan kita, drop logistik segera, kita kirim. Mudah-mudahan kami bisa semaksimal mungkin," harapnya.
Sementara itu Kabid TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) Polda Sumut, Kombes Pol M. Adenan mengatakan lokasi di desa memang sulit ditembus dari jalur darat karena terputus total.
Baca juga: Bencana Terparah sejak 1936, Desa Bair Tapanuli Tengah Rata dengan Tanah, 27 Rumah Hilang
Sebagian wilayah masih tertimbun material longsor dan amblas hingga menyisakan jurang curam di sisi jalan.
Ribuan korban bencana dari Tapanuli Tengah berjalan kaki mencari bantuan ke Tapanuli Utara, Sumut, Rabu (3/12/2025). Warga berjalan kaki selama 5-6 jam karena sudah kehabisan bahan pokok. Sudah lebih sepekan Kota Sibolga dan Tapanuli Tengah terisolasi dan tidak bisa diakses dari jalur darat.Kondisi ini lah yang membuat distribusi logistik hanya dapat dilakukan melalui udara.
“Kami tidak ingin warga di sana menunggu terlalu lama. Sebisa mungkin kami upayakan agar bantuan segera tiba, utamanya untuk anak-anak, orang tua, dan ibu-ibu yang sangat membutuhkan,” ujarnya.
Ulurkan tanganmu membantu korban banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Di situasi seperti ini, sekecil apa pun bentuk dukungan dapat menjadi harapan baru bagi para korban. Salurkan donasi kamu sekarang dengan klik di sini