Penulis
KOMPAS.com - Rumah adat Sumatera Utara merupakan bangunan berbentuk rumah panggung yang berasal dari hasil kebudayaan setempat.
Bentuk dan fungsi rumah adat Sumatera Utara mengandung keunikan yang bersumber dari filosofi dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat sejak zaman dulu kala.
Baca juga: Mengapa Suku Batak Mempunyai Banyak Marga?
Untuk mengenal rumah adat Sumatera Utara termasuk nama, keunikan, ciri khas dan fungsi dapat disimak dalam ulasan berikut.
Baca juga: Legenda Terbentuknya Danau Toba: Berawal dari Manusia yang Jatuh Cinta pada Ikan Mas
Replika rumah adat Batak Toba yang dapat dilihat di rumah adat Batak Toba di Anjungan Sumatera Utara, TMII, Jakarta, Senin (13/9/2021).Mengutip dari buku Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Utara (1997), Suku Batak Toba sebagian besar mendiami daerah Tapanuli Utara.
Baca juga: Legenda Sampuraga Si Anak Durhaka dari Mandailing Natal
Tipe khas rumah adat Batak Toba adalah bentuk atap yang melengkung, serta pada bagian depan terkadang dipasang tanduk kerbau.
Dinding depan rumah Adat Sumatera Utara ini dihiasi ukiran tradisional Batak yang berwarna merah, putih dan hitam.
Rumah adat ini ditempati satu hingga empat keluarga. Bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal disebut Ruma, semantara untuk tempat penyimpanan disebut Sopo.
Tiang penyangga rumah memiliki pondasi yang disebut dengan Batu Ojahan.
Hal unik lain adalah jumlah anak tangga ke arah pintu rumah yang biasanya berjumlah ganjil.
Ilustrasi rumah adat Sumatera Utara.Bersumber dari buku Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Utara (1997), kebudayaan Suku Melayu banyak ditemukan di Pesisir Timur Sumatera Utara.
Rumah adat Sumatera Utara yang dibuat Suku Melayu kental dengan pengaruh adat Resam, syariat Islam, dan faktor iklim setempat.
Penggunaan arsitektur rumah panggung dimaksudkan untuk menghindari hewan buas, ancaman banjir, dan menjaga perkakas dari kelembaban.
Pengaruh syariat Islam membuat rumah adat ini memiliki sekat dengan ruang lelaki diletakkan berbeda dengan perempuan.
Adapun rumah adat Suku Melayu dibagi menjadi tiga jenis yaitu Rumah Tiang enam, Rumah Tiang Enam Bersembari, dan Rumah Tiang Dua Belas.
Rumah adat Batak Karo atau Siwaluh Jabu di Anjungan Sumatera Utara, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Senin (13/9/2021).Rumah adat Sumatera Utara ini juga berbentuk panggung.
Salah satu perbedaannya adalah rumah adat Batak Karo memiliki dua pintu atau ture yang dinamai ture jahe dan ture julu.
Bagian atapnya berbentuk trapesium dengan tutup atap bagian depan berbentuk segitiga.
Adapun rumah adat Batak Karo ditempati oleh delapan keluarga.
Selain itu, rumah ini dibangun dengan konstruksi yang tidak memerlukan penyambungan. Komponen bangunan disusun dengan pasak atau diikat dengan ijuk.
Rumah Bolon khas Batak Toba, Samosir, Sumatera Utara DOK. Shutterstock/Anges van der LogtWahidah Rahmadhani dalam buku Rumah Bolon Istana sang Raja Purba menjelaskan bahwa
Rumah Bolon merupakan bangunan induk terbesar dalam sebuah kompleks istana.
Fungsi rumah Bolon tidak lain adalah sebagai tempat tinggal para raja.
Rumah panggung tidak memiliki jendela, namun ada jeruji kayu yang difungsikan sebagai sirkulasi udara sekaligus cahaya.
Bagian dalam bangunan terbagi dua yaitu ruang depan yang disebut lopo untuk raja, sementara ruang dalam untuk istri dan anak-anaknya.
Di tengah ruangan ada tiang utama berwarna putih, merah, dan hitam yang dihiasi tanduk-tanduk kerbau.
Sejarah keberadaan Mandailing Natal dalam kitab Kerajaan Majapahit yaitu Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca.Bagi masyarakat Mandailing, mereka mengenal rumah adat Sumatera Utara dengan nama Bagas Godang.
Bangunan rumah adat Bagas Godang berbentuk rumah panggung dengan material utama penyusunnya adalah kayu.
Ciri khas lain dari rumah adat Mandailing adalah bagian atap berbentuk limasan bertingkat dengan runcingan di sisi kiri dan kanannya.
Rumah adat ini difungsikan sebagai rumah tinggal dengan ruangan terbesar ada di tengah yang digunakan untuk berkumpul.
Bentuk rumah adat di Kabupaten Tobasa Balige.Suku Pakpak adalah suku besar yang mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, oleh karenanya keberadan rumah adat Pakpak juga masih kerap ditemukan.
Rumah adat suku Pakpak juga dikenal dengan nama Rumah Jojong atau Sapo Jojong.
Bentuknya khas rumah panggung yang terbuat dari kayu dengan atap bertingkat.
Keunikan rumah ini ada pada ornamen utama berupa ukiran dan lukisan, salah satunya berbentuk sepasang cicak dan payudara yang melambangkan kesuburan.
Rumah Jojong yang memiliki arti menara rumah memiliki menara di bagian tengah bubungan atap yang melengkung.
Sebagai rumah tinggal, bangunan ini dikhususkan untuk ini ditempati oleh raja dan keluarga dekatnya.
Rumah adat Nias untuk kepala desa disebut Omo Sebua.Suku Nias tidak hanya terkenal dengan tradisi lompat batu namun juga keunikan rumah adatnya.
Ada dua jenis rumah adat Nas yaitu Omo Hada dan Omo Sebua. Keduanya dibedakan berdasarkan fungsinya.
Omo hada merupakan rumah untuk rakyat biasa berupa rumah panggung. Di Nias Utara bangunan ini berbentuk persegi, sementara di Nias Selatan berbentuk oval
Bagian atap Omo Hada terdapat jendela yang bisa dibuka agar sinar matahari bisa masuk ke dalam ruangan.
Adapun Omo Sebua lebih megah karena dihuni kepala desa atau kepala negeri.
Sumber:
http://repositori.kemdikbud.go.id/7603/1/ARSITEKTUR%20TRADISIONAL%20DAERAH%20SUMATERA%20UTARA.pdf
https://budi.kemdikbud.go.id/buku/pdf/Rumah-Bolon-Wahidah-Final_0.pdf
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/uniknya-rumah-bolon-istana-raja-purba/
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/bagas-godang-singengu-di-mandailing-natal/
https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=998
https://bobo.grid.id/read/082207755/mengenal-omo-hada-dan-omo-sebua-rumah-tradisional-masyarakat-nias?page=all
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang