Masyarakat Batak harus bermusyawarah untuk menentukan ukiran Gorga yang pantas untuk dipasang.
Ruma Gorga merupakan rumah adat Batak Toba, yang memiliki ukiran Gorga Batak.
Ada beberapa jenis Gorga, yaitu gorga ipon-ipon, gorga sompi, gorga desa na ualu, gorga simataniari (matahari), gorga simarogung-ogung, gorga singa-singa, gorga jenggar dan jorngom, dan gorga boras pasti.
Lainnya, ada juga gorga gaja dompak, gorga simeol-meol, gorga dalihan na toru, gorga sitagang, gorga sijonggi, gorga silintong, dan lain sebagainya.
Masing-masing Gorga memiliki makna dan filosofi. Berikut ini adalah penjelasan beberapa ukiran pada Ruma Gorga.
Gorga ipon-ipon juga disebut hiasan tepi yang berfungsi untuk memperkuat keindahan.
Gorga ipon-ipon salah satunya berbentuk embun, yang sering disebut sebagai Ombu-Marhehe. Bentuk tersebut dimaknai sebagai kemajuan oleh masyarakat Batak.
Baca juga: Nawal Lubis Rahmayadi Ingin Ulos dan Gorga Batak Mendunia
Kata sompi yang melekat di belakang nama gorga berasal dari kata Tompi. Kata tersebut berarti alat yang digunakan untuk mengikat leher kerbau.
Alat itu biasanya terdapat pada gagang bajak saat membajak sawah.
Gorga Sompi merupakan lambang ikatan budaya, salah satunya adalah budaya masyarakat Batak yang selalu gotong royong serta membantu kelompok yang lemah.
Gorga Simata ni ari disebut juga matahari. Gorga tersebut disimbolkan dengan matahari, sebagai sumber kekuatan hidup manusia.
Ukiran ini umumnya dipasang di sebelah sudut dorpi rumah adat.
Gorga Desa na Ualu disebut juga dengan mata angin. Ukiran ini biasanya dipasang di bagian sisi kanan dan kiri Ruma Girga atau rumah Rumah Adat Batak.
Gorga tersebut disimbolkan sebagai perbintangan yang fungsinya sebagai dasar bagi manusia untuk melakukan perhitungan dalam menentukan hal-hal baik dalam kehidupan.
Gorga Simarogung-ogung terinspirasi dari alat musik gong.