MEDAN, KOMPAS.com - Pengawas kamera CCTV Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, kini menjadi sorotan.
Mereka diduga lalai memantau kamera CCTV sehingga tidak melihat wanita bernama Asiah Shinta Dewi Hasibuan (43) (sebelumnya ditulis Aisiah) terjatuh dari lift pada Senin (24/4/2023) malam.
Korban baru ditemukan tewas tiga hari kemudian di dasar lift.
Head of Corporate Communication PT Angkasa Pura Aviasi Dedi Al Subur mengatakan, setiap hari ada tiga petugas pemantau CCTV Bandara Kualanamu di tiap sif kerja.
Di saat Asiah terjatuh, salah seorang di antara mereka sedang mengikuti rapat.
“Itu ada tiga yang berjaga, ada sif juga selain (mereka bertiga). Jadi memang petugas CCTV kita stand by. Namun, pada saat kejadian, ada salah satu petugas mengikuti rapat di luar (ruang CCTV)," ujar Dedi kepada wartawan di Bandara Kualanamu, Senin (1/5/2023).
Meskipun begitu, petugas lainnya tetap mengawasi seluruh area bandara.
"Yang lain tetap pantau semua area bandara, kurang lebih ada sekitar di atas 400 atau 500-an CCTV," ungkap Dedi.
Kata Dedi, setelah Asiah terjatuh, pada malam itu juga pihak keluarga meminta pengelola bandara menunjukkan rekaman CCTV. Pihaknya lalu memperlihatkannya.
Dari rekaman CCTV, terlihat mulai dari pihak keluarga dan korban memasuki bandara sampai dengan kembali ke area parkiran.
Selanjutnya, pihak keluarga memilih pulang untuk istirahat. Namun, petugas tetap melanjutkan pengecekan hingga ke area CCTV lift.
"Saat pengecekan itu (CCTV lift), sebelum memasuki jeda waktu kejadian yaitu sekitar pukul 20.35 WIB, waktu itu agak goyang dan (gambar) tidak jelas dan ada trouble. Informasi dari pihak petugas seperti itu, sehingga proses pemantauan beralih ke area lain," ujar Dedi.
Dedi mengatakan, rekaman itu baru terlihat jelas setelah peristiwa penemuan mayat korban pada Kamis (27/4/2023).
Setelah CCTV dicek ulang, korban terlihat terjatuh dan masuk ke celah kecil di depan lift.
“Setelah ada kejadian, petugas maupun pihak kepolisian melakukan penelusuran ulang dan ternyata sesuai dengan rekaman CCTV yang beredar di masyarakat dan medsos," ungkap Dedi.