Kondisi air bawah tanah yang terkontaminasi BBM Pertalite itu diketahui sejak Februari 2023. Gejala air tercemar di rumah rumah warga pun bervariasi.
Kondisi air mulai berwarna hitam kekuningan, berbau BBM dan mudah terbakar. Parahnya kondisi air mulai terjadi sejak Juni 2023.
Melihat kondisi demikian, seorang warga, Japaten Purba, berinisiasi membuka posko pengaduan dan mendata ada sebanyak 29 rumah tercemar BBM.
Baca juga: 3 Desa di Bandung Barat Tercemar Asap Kebakaran TPA Sarimukti, Warga Diminta Pakai Masker
Warga tersebut tinggal di lingkungan II dan Lingkungan IX Kelurahan Sinaksak. Japen mengatakan, lokasi rumah ke SPBU berjarak 360 Meter dan paling jauh 800 Meter.
Sementara sumur bor milik warga, lazimnya digali dengan kedalaman 50-60 Meter.
"Awalnya kami melaporkan ke lurah, kecamatan dan DLH Simalungun. Setelah ditinjau, mereka bilang nggak ada kebocoran. Mereka menyarankan kompensasi dari perusahaan, kami menolak," katanya.
"Banyak warga di sini nggak ngomong karena nggak berani melawan pengusaha SPBU. Padahal ini bukan pertandingan semut dan gajah. Kami hanya memperjuangkan hak kami untuk air bersih," tambahnya.
Baca juga: Tumpahan Minyak Cemari Pantai di Gianyar Bali, dari Mana Asalnya?
Warga lingkungan II, Sumawati, mengatakan tidak sedikit warga menggunakan sumur bor lantaran pemukiman penduduk sulit dijangkau instalasi air minum dari perusahaan air minum daerah atau PDAM.
"Sudah puluhan tahun pakai sumur bor di sini. Karena di sini kan tempatnya agak tinggi, jadi kalau pakai PDAM tekanan airnya rendah, yang sampai cuma angin. Udah gitu biaya pasangnya mahal," ucapnya.
Sumawati tinggal bersama enam anggota keluarga termasuk cucunya yang berumur 11 bulan. Air sumur bor miliknya sudah tercemar hampir tiga bulan lamanya.