Menurut Umar, hulu dari sebuah masalah kesehatan adalah tentang program pemerintah mengatasi berbagai penyakit.
"(Misalnya) program pemerintah terhadap penyakit menular, bagaimana program pencegahan gizi buruk, malaria, demam berdarah dan bagaimana program pencegahan stunting, bagaimana itu ? ngak nampak jelas (penanganannya)," kata Umar Zein.
Menurut Umar, selama 5 tahun, dirinya tidak melihat langkah signifikan yang dilakukan pemerintah Edy-Ijeck dalam mengatasi persoalan penyakit menular, terutama dari sisi pencegahan.
Baca juga: Masa Jabatannya Berakhir 5 September, Edy Rahmayadi: Tanggal 6 Aku Merdeka
"Kalau kita lihat secara umum, belum nampak perubahannya, pokoknya malaria masih banyak, demam berdarah masih banyak secara umum. Belum ada juga kabupaten bebas malaria, malah bertambah," tutup dokter spesialis penyakit infeksi ini.
Berbeda dengan Umar Zein, Kepala Ombudsman Sumut Abyadi Siregar justru mengapresiasi langkah Edy-Ijeck memperbaiki RS Haji selama memimpin Sumut.
Menurut Abyadi, ini merupakan bagian dari upaya Pemprov Sumut memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
"Apalagi setelah diresmikan tower pertama rumah sakit haji, saya kira ini harus dikembangkan, diperbaiki karena kesehatan ini menjadi salah satu layanan paling mendasar kita. Harus diketahui, bahwa masyarakat Medan yang tertinggi berobat di luar negeri, ini suatu tantangan kita," ujar Abyadi, Senin (4/9//2023)
Dia juga menilai, langkah Edy-Ijeck menghadirkan bus medis sebagai sebagai keseriusan Edy-Ijeck untuk membangun sektor kesehatan.
Baca juga: Tren Angka Kemiskinan Sumut di Era Edy-Ijeck Turun, Pengamat: Digerakkan Bansos
Abyadi mengatakan, dari sisi kepatuhan dan pemenuhan standar pelayanan publik di berbagai bidang di masa Edy-Ijeck. Sumut menduduki posisi 5 besar se-Indonesia karena kepatuhan dalam pemenuhan standar pelayanan.
"Lalu muncul pertanyaan, kok masih banyak keluhan? Pelayanan publik itu dinamis ya dalam situasi prima sekalipun, komplain masyarakat tetap akan ada, ya namanya selera masyarakat akan terus berkembang," ujarnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.