Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menggantungkan Hidup dari Tangkapan di Pesisir Timur Sumut (Bagian 3)

Kompas.com - 14/09/2023, 21:55 WIB
Dewantoro,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Rusaknya hutan mangrove di pesisir pantai timur Sumatera Utara menjadi mimpi buruk bagi para nelayan tradisional.

Tokoh masyarakat di Desa Paluh Sibaji, Abdul Hamid mengatakan, proses mencari ikan dulu dan sekarang sudah sangat berubah.

Di tahun 1980-an, nelayan bisa melaut satu hari dan hasilnya untuk satu minggu. Namun sekarang kebalikannya.

Nelayan sangat mungkin berada di laut hingga seminggu dan hasil yang didapat pun tidak seberapa. Selain itu, tak jarang para nelayan berutang demi melaut dan membayar utang saat sudah kembali ke darat.

Baca juga: Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Timur Sumut Hilang, Masa Depan Laut Terancam (Bagian 1)

"Itu sama dengan ke laut seminggu untuk hidup satu hari. Begitu lah sulitnya sekarang," katanya.

Hasil tangkapan pun sangat berkurang. Padahal dulu, nelayan tradisional di Pantai Labu sangat mudah mendapatkan ikan. Hanya membawa alat seadanya, hasil tangkapan melimpah.

"Dulu untuk dapat dua kotak (tangkapan) gampang kali. Nggak lama (waktunya). Habis itu bisa bermalas-malasan, nyantai, karena hasil penjualan bisa untuk hidup seminggu," katanya.

Tokoh masyarakat di Desa Paluh Sibaji, Abdul Hamid menceritakan kondisi yang dialami nelayan tradisional saat ini sudah sangat drastis berubah. Hingga tahun 1980-an, nelayan mencari ikan satu hari untuk hidup satu minggu. Situasinya sudah terbalik. Kerusakan mangrove, abrasi yang diduga akibat pengerukan pasir tahun 2008 membuat nelayan tradisional semakin sengsara.KOMPAS.COM/DEWANTORO Tokoh masyarakat di Desa Paluh Sibaji, Abdul Hamid menceritakan kondisi yang dialami nelayan tradisional saat ini sudah sangat drastis berubah. Hingga tahun 1980-an, nelayan mencari ikan satu hari untuk hidup satu minggu. Situasinya sudah terbalik. Kerusakan mangrove, abrasi yang diduga akibat pengerukan pasir tahun 2008 membuat nelayan tradisional semakin sengsara.

Sekitar tahun 1986, tambak udang mulai muncul di desanya. Area persawahan dan lahan palawija yang mengandalkan air genangan dialihfungsikan menjadi tambak udang.

"Jadi tambak ini jebolkan air langsung dari laut. Udah masuk air laut, ya gak bisa lagi lah padi atau sayur hidup. Kalau nanti masyarakat keberatan (adanya tambah), dibilang lah 'eh, jangan ganggu ini punya Soeharto'," katanya.

Abdul berharap, masalah yang dirasakan masyarakat yang tinggal di pesisir dan menggantungkan hidupnya dari hasil laut menjadi perhatian banyak pihak.

"Kalau tidak ada penanggulangan, kampung ini bakal tenggelam. Habis. Harus ada pemasangan tanggul, pemulihan mangrove. Ini untuk memecah ombak dan mencegah abrasi. Masyarakat akan semakin miskin dan meninggalkan desa karena tak lagi menghidupi dengan kerusakan seperti ini," tegasnya.

Menggantungkan hidup dari tangkapan di pesisir

Di ujung Jalan Young Panah Hijau, Gang Tower, Labuhan Deli, Medan Marelan seorang pria bertelanjang dada tampak mengambil sesuatu di dalam air menggunakan jaring tanggok ikan. Hasilnya dia tuang di atas perahu.

Bukan batu, tetapi kerang dara yang bentuknya mirip kerang batu. Dia tak peduli cuaca sedang mendung dan gerimis. Sekitar 4 tahun yang lalu, mangrove tidak tumbuh di sini. Ikan, udang, kepiting dan kerang sangat sulit ditemukan. Sekarang berbeda.

Namanya Selamat, panggilannya Amat. Dia lahir dan besar di tempat ini. Dia mengajak naik ke perahu sembari bercerita kondisi tempatnya menggantungkan hidup dari tangkapan di pesisir.

Selamat atau Amat menunjukkan kerang dara hasil dari budidaya di kawasan mangrove di Jalan Young Panah Hijau, Kecamatan Labuhan Deli, Kota Medan. Masyarakat sangat merasakan manfaat dari lestarinya mangrove yang penanamannya dilakukan secara swadaya kemudian didukung oleh sejumlah pihak.KOMPAS.COM/DEWANTORO Selamat atau Amat menunjukkan kerang dara hasil dari budidaya di kawasan mangrove di Jalan Young Panah Hijau, Kecamatan Labuhan Deli, Kota Medan. Masyarakat sangat merasakan manfaat dari lestarinya mangrove yang penanamannya dilakukan secara swadaya kemudian didukung oleh sejumlah pihak.

Dia menegaskan, meskipun tinggal di dekat laut, orangtuanya bukanlah pelaut, melainkan petani. Sekitar tiga ratus meter dari pondoknya, dia menghentikan perahunya di bawah tower listrik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mantan Wagub Sumut Ambil Formulir Cagub di Partai Gerindra

Mantan Wagub Sumut Ambil Formulir Cagub di Partai Gerindra

Medan
Sopir Diduga Ngantuk, Bus Tabrak 2 Pejalan Kaki hingga Tewas di Toba

Sopir Diduga Ngantuk, Bus Tabrak 2 Pejalan Kaki hingga Tewas di Toba

Medan
Pantai Pondok Permai di Sumut: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Pantai Pondok Permai di Sumut: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Medan
Videonya Viral, Bidan Rumah Sakit di Medan yang Remehkan Pasien Dipecat

Videonya Viral, Bidan Rumah Sakit di Medan yang Remehkan Pasien Dipecat

Medan
Disentil Bobby, Anggota Dishub Medan Cabut Laporan Polisi terhadap Pedagang Martabak

Disentil Bobby, Anggota Dishub Medan Cabut Laporan Polisi terhadap Pedagang Martabak

Medan
Pakai Spektrometer, 5 Hektar Ladang Ganja Ditemukan di Sumut

Pakai Spektrometer, 5 Hektar Ladang Ganja Ditemukan di Sumut

Medan
Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Jumat 17 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Jumat 17 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Medan
Maju Pilkada Sumut, Edy Rahmayadi Daftar ke 8 Partai, Terakhir Hanura

Maju Pilkada Sumut, Edy Rahmayadi Daftar ke 8 Partai, Terakhir Hanura

Medan
Petugas Dishub Medan Polisikan Pedagang Martabak, Bobby Minta Laporan Dicabut

Petugas Dishub Medan Polisikan Pedagang Martabak, Bobby Minta Laporan Dicabut

Medan
Paman Bobby Nasution Ingin Jadi Bacalon Wali Kota Medan lewat PDI-P

Paman Bobby Nasution Ingin Jadi Bacalon Wali Kota Medan lewat PDI-P

Medan
Edy Rahmayadi Daftar Bacalon Gubernur Sumut ke PAN, meski Zulhas Dukung Bobby

Edy Rahmayadi Daftar Bacalon Gubernur Sumut ke PAN, meski Zulhas Dukung Bobby

Medan
Kronologi Tabung Elpiji Meledak di Medan, Terdengar Suara seperti Bom

Kronologi Tabung Elpiji Meledak di Medan, Terdengar Suara seperti Bom

Medan
Bayar Listrik Tiap Bulan, KWh Meter Pedagang Martabak di Medan Dicabut PLN Usai Video Pemalakan Viral

Bayar Listrik Tiap Bulan, KWh Meter Pedagang Martabak di Medan Dicabut PLN Usai Video Pemalakan Viral

Medan
Dipolisikan Usai Diduga Dipalak Petugas Dishub Medan, Pedagang Martabak Pasrah

Dipolisikan Usai Diduga Dipalak Petugas Dishub Medan, Pedagang Martabak Pasrah

Medan
PLN Cabut Aliran Listrik Pedagang Martabak yang Diduga Dipalak Petugas Dishub Medan

PLN Cabut Aliran Listrik Pedagang Martabak yang Diduga Dipalak Petugas Dishub Medan

Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com