Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Kebahagiaan Sunaryo, Lestarikan Reog Ponorogo di Deli Serdang

Kompas.com - 28/06/2024, 07:22 WIB
Goklas Wisely ,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

 

Bukan mencari makan tapi kebahagiaan

Sejak remaja, Sunaryo sudah melatih diri untuk menjadi seniman reog. Masa mudanya dihabiskan untuk belajar di Sanggar Tunas Muda yang didirikan ayahnya pada tahun 1966.

Sanggar yang berlokasi di samping kediamannya ini dibangun untuk menumbuhkan tunas-tunas muda seniman reog ponorogo di Sumatera.

Hal itu pula yang diemban Sunaryo dalam melanjutkan kepemimpinan ayahnya. Sudah selama 29 tahun Sunaryo menjalani hidup sebagai seniman reog.

Ia tampil di beragam acara dan kerap kali berperan sebagai singo barong, penari berkepala macan dengan hiasan bulu merak. Kerap kali, penonton mengira tubuhnya dimasuki roh atau kesurupan saat menari.

Padahal, apa yang dilakukannya murni hasil dari latihan dan kekuatan fisik.

Menurut dia, tantangan menjadi singo barong bukan soal hal mistisnya. Melainkan bagaimana menahan topeng serta hiasan yang berat itu dengan bertumpu pada kekuatan gigi.

"Kalau klenik itu sudah tidak ada lagi, kalau dulu iya lah," ujar Sunaryo.

Baca juga: Sri Sultan Saragih, Menggali Kesenian Simalungun yang Nyaris Punah

Meski membutuhkan fisik yang kuat dan memainkan tarian yang rumit, ia mengaku pendapatan menjadi seniman reog sangat kecil. Dipastikan, tak akan dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari.

"Biasanya sekali pertunjukan itu dibayar Rp 3,5 juta, kalau lokasinya di daerah sini. Dari situ aja, saya paling dapat Rp 250 ribu, karena yang tampil ada 20 orang," ucap Sunaryo.

Belum lagi, dalam sebulan paling hanya ada satu panggilan untuk pertunjukan.

Belakangan, Sunaryo bersama kawan-kawannya di sanggar sering tampil di acara pernikahan dan sesekali di acara resmi yang dihadiri pejabat Negara.

"Gak bisa memang kalau cari makan dari sini. Tapi saya bahagia menjadi seniman reog ini, ya artinya untuk mencari kebahagiaan justru, gimana ya, susah digambarkan dengan kata-kata," ungkap dia.

Oleh karena itu, Sunaryo bertahan hidup justru dari sumber pendapatan yang lain. Mulai dari berternak lembu, menjadi Badan Pengawas Desa (BPD), hingga berjualan mi ayam bakso bersama istri di halaman depan rumahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com