Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita Petani Simalungun Gagal Panen karena Hama Tikus dan Kekeringan

Kompas.com, 20 September 2024, 15:12 WIB
Dewantoro,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Panas terik siang itu tidak menghentikan Imelda Damanik (58) bersama suami dan dua keponakannya untuk menanam jagung.

Mereka berharap besar pada jagung setelah dua tahun terakhir gagal panen padi karena serangan hama tikus yang sulit dikendalikan.

Imelda adalah salah satu petani di Desa Panei Tongah, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Serangan hama tikus dan kekeringan membuat banyak petani beralih menanam jagung. Jagung lebih mudah dirawat, tahan hama wereng, dan tidak membutuhkan banyak air.

"Kami sudah tiga tahun gagal panen padi. Air sedikit, tikus banyak. Sudah gotong royong berburu tikus, banyak yang mati. Tapi tetap saja, padi kami habis. Setahun lalu, tidak ada sebutir padi yang bisa dipanen," katanya, Senin (16/9/2024).

Baca juga: Kemarau dan Serangan Hama Wereng Buat Hasil Panen Gabah di Lebak Turun

Dia menambahkan, kekeringan dan tikus adalah tantangan terbesar bagi petani.

Meski berbagai cara telah dilakukan, termasuk melibatkan aparat untuk berburu tikus, jumlah tikus terus bertambah.

"Kami sudah pakai belerang dan menembak tikus di lubangnya. Berhasil, tapi tikusnya tambah banyak. Kami beralih ke jagung, tapi pupuk subsidi terbatas dan yang komersil mahal," ujarnya.

Berburu tikus massal

Petani lain di Dusun Parlanggean, Desa Pematang Pane, Kecamatan Panombeian Pane, Simalungun, Bahrum Simanjuntak, mengungkapkan hal serupa. Serangan hama tikus membuat banyak petani mengalihkan lahan padi mereka ke jagung demi bertahan hidup.

"Tahun lalu, tidak ada sebutir padi yang bisa dipanen karena tikus. Tahun ini, baru dua bulan tanam, padi sudah diserang lagi. Kami tidak tahu bagaimana melanjutkan hidup kalau begini terus," keluhnya.

Petani di Desa Jangger Letto, Kecamatan Janggir Leto, Kecamatan Panei, Simalungun, Charles Samosir menjelaskan, sebelum kekurangan air terjadi, sawah mereka masih produktif dan bahkan bisa dimanfaatkan untuk budidaya ikan setelah panen untuk meningkatkan pendapatan keluarga.KOMPAS.COM/DEWANTORO Petani di Desa Jangger Letto, Kecamatan Janggir Leto, Kecamatan Panei, Simalungun, Charles Samosir menjelaskan, sebelum kekurangan air terjadi, sawah mereka masih produktif dan bahkan bisa dimanfaatkan untuk budidaya ikan setelah panen untuk meningkatkan pendapatan keluarga.

Berburu tikus secara massal sudah dilakukan. Seluruh warga, dari anak-anak hingga orang dewasa, ikut terlibat.

"Dalam sehari, kami bisa menangkap 800 hingga 1.000 ekor tikus. Tapi, besoknya tikus-tikus itu kembali lebih banyak," jelas Bahrum.

Baca juga: Tebang Pohon, Ketua Adat di Simalungun Divonis 2 Tahun Penjara dan Diprotes

Dia menduga penggunaan racun rumput mengurangi populasi ular, predator alami tikus. Akibatnya, tikus semakin tak terkendali. Kini, sekitar 30 persen lahan padi beralih ke jagung.

"Kami trauma menanam padi lagi. Jagung sekarang jadi pilihan untuk menyambung hidup," tambahnya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Medan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
Medan
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Medan
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
Medan
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Medan
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Medan
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Medan
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Medan
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Medan
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Medan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Medan
Kronologi Ibu Dibunuh Anak Sendiri di Medan, Polisi Dalami Penyebab
Kronologi Ibu Dibunuh Anak Sendiri di Medan, Polisi Dalami Penyebab
Medan
Banjir dan Longsor di Tapanuli Tengah, 3 Puskesmas, 1 Pustu Rusak dan Tak Bisa Beroperasi
Banjir dan Longsor di Tapanuli Tengah, 3 Puskesmas, 1 Pustu Rusak dan Tak Bisa Beroperasi
Medan
Cerita Pilot Helikopter saat Antar Bantuan ke Korban Banjir Sumut: Selalu Ingin Menangis
Cerita Pilot Helikopter saat Antar Bantuan ke Korban Banjir Sumut: Selalu Ingin Menangis
Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau