Editor
akibat pencurian avtur kali ini ditaksir mencapai Rp 400 juta.
"(Kerugiannya) sekitar Rp 400 jutaan dengan barang bukti, kalau tidak salah ada 29 lebih tank, berarti sekitar 30 kiloliter, (total kerugian) sekitar Rp 400 jutaan," ungkap August di kantornya, Kamis (13/2/2025).
Namun, Pertamina masih menghitung total kerugian yang ditimbulkan sejak 2022.
"Saya harus menunggu dulu hasil penyidikan. Saya belum bisa pastikan apakah itu dari tahun 2022 atau berapa, karena saya masih menunggu proses hukum yang sedang berjalan di Polresta Deli Serdang," katanya.
Pertamina telah melaporkan kasus ini ke Polresta Deli Serdang untuk proses hukum lebih lanjut.
Lalu, apakah selama ini pihak Pertamina tidak sadar avturnya berkurang saat bongkar muat?
August tidak menjawabnya secara gamblang.
Awalnya, dia menjelaskan proses bongkar muat avtur dilakukan melalui kapal tanker dengan pipa bawah laut sejauh 5 km ke Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Bandara Kualanamu, sebanyak 2-3 kali setiap bulan.
Kapasitas DPPU 30 juta liter sehingga saat kehilangan 30.000 liter avtur, mereka menganggapnya masih di ambang batas penguapan bahan bakar tersebut.
"(Sebanyak) 30.000 liter memang ini di sistem kami batas toleransi atau penguapan (avtur)," ujar August.
August pun merasa heran mengapa sindikat ini bisa mengetahui batas penguapan avtur yang mereka kirim ke Bandara Kualanamu.
"Bagaimanapun kami harus tahu dulu hasil penyelidikannya, seperti apa dia mengambilnya, kenapa dia terpikir untuk itu (mengambil 30.000 liter)," ujarnya.
Disinggung kenapa pihak Pertamina tidak mengetahui ada pencurian sejak tahun 2022,