Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nazamuddin, Menyemai Kesadaran Peduli Lingkungan dengan Mengemaskan Sampah

Kompas.com, 15 Oktober 2025, 22:07 WIB
Goklas Wisely ,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Lewat Bengkel Sampah yang ia rintis tahun 2021, Nazamuddin Siregar (31) bersama PT Pegadaian mengajak warga menabung emas dari sampah.

Gerakan kecil itu perlahan mengubah sikap warga, dari yang dulu acuh terhadap lingkungan kini peduli dan bertanggung jawab menjaga kebersihan. 

Waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB, Nazamuddin sudah berada di gudang Bengkel Sampahnya, Desa Palopat Maria, Kabupaten Padang Sidempuan, Sumatera Utara, Rabu (15/10/2025).

Dalam gudang seluas 20 x 40 meter itu, dia bersama enam karyawannya sibuk mem-packing tumpukan sampah yang didominasi kertas karton hingga besi.

Sebanyak 8 ton sampah dimasukkan ke dalam truk lalu dibawa ke Kota Medan untuk dijual. Sampah itu berasal dari limbah rumah tangga di Kota Padang Sidempuan dan Tapanuli Selatan. 

Baca juga: Fenomena Warga Luwu Cari Emas di Sungai Bajo, Tradisi yang Tetap Lestari

"Ini sampah hasil menabung 500 nasabah bengkel sampah, selama dua minggu belakangan ini," ujar Nazamuddin mengawali pembicaraan dengan Kompas.com melalui saluran telepon.

Ibu rumah tangga yang menyetor sampah kian antusias, terlebih sejak Nazamuddin mulai bekerja sama dengan PT Pegadaian untuk menggerakkan program Memilah Sampah Menjadi Emas (MSME) sejak tahun 2023.

"Kini, sudah ada sekitar 150 orang nasabah aktif yang rutin menabung emas dari hasil memilah sampah rumah tangga mereka," ujar Nazamuddin.

Selain dapat menukar sampah jadi emas, Nazamuddin juga memberi pilihan ke nasabahnya untuk menukarnya dengan sembako dan kambing.

Namun, bagi Nazamuddin, tabungan emas dan lainnya hanyalah perantara, yang terpenting baginya dari sampah-sampah rumah tangga itulah kesadaran baru tumbuh.

Dia melihat sendiri bagaimana warga yang dulunya terbiasa membuang sampah sembarangan kini mulai memilah, menabung, dan menjaga kebersihan sekitar rumahnya.

Perlahan, lingkungan yang dulu kotor berubah lebih tertata. Sejak berdirinya Bengkel Sampah, sudah ada 6.000 ton sampah yang tak berguna menjadi memiliki nilai ekonomis.

Atas dedikasinya mengedukasi dan mengelola sampah itu, Nazamuddin menerima penghargaan dari PT Pegadaian sebagai Jawara Unit terbaik tingkat wilayah pada Malam Apresiasi Forum Sahabat Emas Peduli Sampah Indonesia di tahun 2024.

Nazamuddin Siregar (31) menerima penghargaan sebagai Jawara Unit terbaik tingkat wilayah pada Malam Apresiasi Forum Sahabat Emas Peduli Sampah Indonesia di Jakarta pada Desember 2024. Dok warga Nazamuddin Siregar (31) menerima penghargaan sebagai Jawara Unit terbaik tingkat wilayah pada Malam Apresiasi Forum Sahabat Emas Peduli Sampah Indonesia di Jakarta pada Desember 2024.

Latar Belakang Peduli Sampah

Prihatin melihat sawah di kampungnya tercemar sampah membuat Nazammudin Siregar berinovasi membuat Bengkel Sampah.

Jelang lima tahun berjalan, lebih dari 500 warga berhasil digaetnya. Kini, ia mulai  mengemaskan sampah. Menjaga lingkungan sekaligus berinvestasi untuk masa depan.

Sejak di bangku perkuliahan, Nazamuddin sudah tertarik mendalami pengelolaan sampah. Ia aktif berkomunitas untuk mempelajari lebih jauh soal sampah.

Usai tamat tahun 2018, lulusan dari Teknik Industri UIN Sultan Syarif Kasim Riau ini sempat membangun usaha kripik singkong. Namun, usahanya kandas pada masa Covid-19.

Saat kembali ke kampungnya, di Desa Lembah Lubuk Raya, Kabupaten Tapanuli Selatan, keresahannya terkait sampah terpantik.

"Ada kebiasaan di sini buang sampahnya ke sungai terus masuk ke perairan sawah. Tercemarlah jadinya," kata pria berusia 31 tahun ini kepada Kompas.com melalui saluran telepon pada Rabu (15/10/2025).

Tahun 2020, selama dua bulan, dia memutuskan magang di perusahaan sampah daur ulang milik rekannya di Kota Medan. Dari situlah dia terinsiprasi untuk membuat Bengkel Sampah.

Dengan dana yang terbatas dia memulai langkahnya. Nazamuddin door to door mentransfer keresahannya. Diajaknya warga untuk menjadi nasabah bank sampah.

Perjalanannya tak berjalan mulus. Dia sering dicibir. Sekolah tinggi-tinggi hanya untuk pegang sampah. Bahkan, bank sampahnya dinilai tak akan bertahan lama.

"Banyak yang bilang, paling cuma berapa hari umur Bengkel Sampah ini," ucap Nazamuddin.

Baca juga: Siska Nirmala: Kisah Sukses Toko Nol Sampah di Bandung

Semangat Nazamuddin tak patah. Sejak awal, dia tahu bahwa langkahnya akan berat. Namun, dia optimistis. Selagi tujuannya baik, maka alam akan mendukung.

Dari pagi hingga malam, dia tak letih mengajak sekaligus mengedukasi warga soal sampah. Perkumpulan-perkumpulan warga dijajakinya.

Titik terang mulai muncul ketika dia masuk ke lingkaran ibu perwiritan dan pengajian. Ia diberi ruang untuk menyosialisasikan bank sampah gagasannya.

Halaman:


Terkini Lainnya
 Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Medan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Medan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
Medan
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Medan
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
Medan
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Medan
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Medan
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Medan
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Medan
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Medan
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Medan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau