Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nazamuddin, Menyemai Kesadaran Peduli Lingkungan dengan Mengemaskan Sampah

Kompas.com, 15 Oktober 2025, 22:07 WIB
Goklas Wisely ,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

Satu per satu ibu rumah tangga mulai mendaftar. Perlahan-lahan jumlahnya bertambah. Cerita positif dari ibu-ibu itu pun kian menyebar dan membuat Bengkel Sampah mulai dikenal.

"Waktu diawal itu gudang sampahnya di rumah orangtua. Jadi di kamar, di ruang tamu, itu sampah semua," ucap Nazamuddin.

Sejak akhir tahun lalu, Nazamuddin bersyukur sudah memiliki gudang sampah secara mandiri di Desa Palopat Maria. Bengkel Sampahnya pun sudah memiliki 17 titik penyetoran sampah.

"Kami sudah bermitra dengan 8 desa dan 3 sekolah di Kota Padangsidimpuan. Lalu, 4 desa dan 2 sekolah di Tapsel," ucap Nazamuddin.

Dari seluruh titik itu, ada sekitar 60 relawan berperan membantu penyetor untuk memilah sampah, menimbang, dan mencatatnya di buku tabungan sampah.

"Syukurnya, sekarang ada enam orang yang saya pekerjakan untuk membangun Bengkel Sampah ini. Ada driver, menjemput sampah, memilah, dan lainnya," sebutnya.

Lalu, tiap dua minggu sekali, satu unit pikap akan menjemput sampah tersebut. Sampah itu nantinya akan dikirim ke gudang pengolahan sampah di Medan untuk dijadikan bahan bakar atau kerajinan tangan.

"Nah, kendaraan operasional ini masih jadi problem. Karena kami hanya punya 1 pikap, sedangkan kebutuhannya, 2 pikap dan 2 becak. Biar lebih efektif," ucap Nazamuddin.

Nazamuddin menerima 72 jenis sampah.  Warga cukup memilah lalu mengantarnya ke tempat penitipan. Sampah ditimbang lalu beratnya dicatat di buku rekening selayaknya nasabah di bank.

"Alhamdullilah sekarang sudah 500 lebih nasabahnya. Saldonya bisa ditarik setelah 3 bulan. Nah, bersyukur juga per bulan itu ada 10 ton sampah setidaknya bisa dikelola," ungkap Nazamuddin.

Kerja nyata Nizamuddin mulai terasa dan disorot. Tahun 2023, ia masuk menjadi binaan PT Pegadaian dengan program MSME.

Ia mulai gencar mengajak masyarakat untuk mengemaskan tabungan sampah. Alhasil, sejauh ini ada 150 nasabah yang mengalihkan tabungan sampah menjadi tabungan emas.

Baca juga: Warga Bisa Buang Sampah Besar Gratis, Berikut Daftar Barangnya

"Nasabah kami beri pemahaman untuk memakai akun Pegadaian digital dan punya tabungan emas," sebut Nazamuddin.

Dari kerja sama itu pula, Nizamuddin ikut dalam Gerakan Edukasi Indonesia Bersih (GEIB) selama tiga bulan. Dia difasilitasi untuk memberi edukasi hingga pelatihan ke sekolah, komunitas, serta lainnya.

Langkah Nazamuddin tak berhenti di situ. Ke depan, ia hendak berinovasi. Menyulap sampah jadi produk yang bermanfaat dan bisa diperjualbelikan.

Salah satunya, mengubah sampah menjadi paving block. Sayangnya, ia masih terkendala di sumber daya manusia. Mesin telah tersedia, tetapi operator untuk mengoperasikan mesin belum ada.

"Selain itu, sejak Agustus ini, aplikasi Bengkel Sampah sudah mulai difungsikan. Itu seperti mobil m-banking. Jadi nasabah bisa cek tabungan secara digital," ujar Nazamuddin.

"Memang masih ada 50 nasabah yang pakai aplikasi ini. Semoga cepat berkembang," tuturnya.

Relawan Bengkel Sampah

Bagi Sri Wahyuni apa yang dilakukan Nazamuddin patut diancungi jempol. Menurutnya, sarjana yang merantau lalu pulang dengan gagasan membangun kampung jarang ditemui.

Nazamuddin melakoni jalan itu dan menjadi penggagas pengelola sampah terpadu pertama di Tapsel. Sejak tahun lalu, Sri sudah mendukung Bengkel Sampah Nazamuddin.

Guru ngaji ini meluangkan waktunya untuk menjadi relawan di Kelurahan Aek Pining, Kabupaten Tapsel. Ia bersama empat ibu-ibu lainnya berjibaku untuk mengajak warga menjadi nasabah bank sampah.

"Awalnya ada sosialisasi soal Bengkel Sampah ini di kelurahan. Dari situ saya tertarik karena memang masalah sampah ini cukup meresahkan. Makanya mau lah saya jadi relawan," ujar Sri.

Perannya sebagai relawan tak rumit. Sri menyediakan lapak untuk melayani penyetoran sampah di halaman rumahnya. Setiap sampah yang disetor nasabah ditimbangnya, dipilah-pilah dan dicatat. Adapun nasabah datang di waktu yang tak tentu.

"Nah, kami ini kan sudah bikin grup di WA. Kalau ada yang mau setor saya stand by. Namun, kalau lokasinya agak jauh, kami yang jemput pakai becak motor. Satu minggu itu, mau ada 100 kg yang nyetor sampah," ucap Sri.

Wanita berusia 45 tahun ini pun mendapati beragam tantangan, mulai dari menghadapi cerewetnya nasabah saat mempermasalahkan harga sampai nasabah yang tak membersihkan sampah sebelum disetor.

Namun, Sri tak menyerah. Dalam kesempatan itu pula, dirinya memberi edukasi bahwa apa yang dilakukannya bukan semata-mata untuk uang. Lebih dari itu, menyelamatkan lingkungan agar dapat dinikmati generasi ke depan.

Halaman:


Terkini Lainnya
 Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Tim SAR Pergi, Betty Ritonga Terus Mencari Ibunya yang Terseret Banjir dan Longsor di Hutanabolon
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Medan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Medan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
Medan
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Medan
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
Medan
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Medan
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Medan
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Medan
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Medan
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Medan
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Medan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau