"Ya saya sendiri pun tak mengharapkan imbalan dari relawan ini. Tujuan kami kan mulia. Bagaimana agar kami dapat hidup di lingkungan yang sehat. Saya juga sebagai nasabah sampah. Memang belum banyak saldonya, tetapi setidaknya saya dapat bermanfaat untuk menebar kebaikan,” sebut Sri.
Perubahan mindset yang dialami Sri juga dirasakan oleh Zubaidah, warga di Desa Lembah Lubuk Raya. Sejak tahun 2022, perempuan berusia 53 tahun ini sudah menjadi nasabah Bengkel Sampah.
"Waktu itu diajak lah sama Nazamuddin. Ya setelah saya pikir-pikir, dari pada dibuang sampah itu lebih baik ditabung kan, bisa menghasilkan," ungkap perempuan yang akrab disapa Ida.
Sejak saat itu pula, ia aktif untuk memilah-milah sampah di rumahnya. Lalu, sampah itu dimasukkan ke dalam karung dan diantar ke relawan yang ada di tempat penyetoran. Biasanya, Ida menyetor sampah dua kali dalam sebulan.
"Biasanya saya antar jalan kaki karena dekat. Terus ditimbanglah sama relawan. Ya kadang saya bawa 5-30 kg. Terus dicatat lah di tabungan sampah saya," sebutnya.
Menurutnya, progam Bengkel Sampah sangat bermanfaat. Misalnya saja, berkat program itu sampah-sampah yang biasanya berserakan di jalan dan pekarangan jadi bersih. Di sisi lain, masyarakat jadi teredukasi, bahwa sampah dapat dijadikan investasi.
"Kayak sayalah, biasanya seminggu sekali bersihkan pekarangan. Kalau sekarang sudah setiap hari saya kutipi sampah itu," sebut Ida yang sehari-hari sebagai petani padi.
"Anak juga kadang jajan pulang sekolah itu sampahnya dibawa ke rumah untuk ditabung. Kalau sekarang, tabungan sampah saya sudah lumayan. Sebagian sudah dijadikan tabungan emas juga, sekitar 3 gram," sambungnya.
Ke depan, Ida berharap agar pemerintah setempat dapat mendukung gerakan yang dibangun Nazamuddin. Misalnya sedang memberi bantuan dana untuk relawan yang turut berperan untuk mensukseskan program Bengkel Sampah.
"Tabungan sampah dan emas itu sengaja belum saya tarik. Ya semogalah bisa umrah nanti dari situ. Kemarin, ada dari Pegadaian bilang, tabungan emas yang paling tinggi bisa diberangkatkan umrah. Kalau tidak, ya bisa untuk biaya pendidikan anak nanti," ucap Ida semringah.
Aksi nyata dari Nazamuddin tak hanya berdampak positif bagi masyarakat, tetapi juga pemerintah setempat.
Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan Padangsidimpuan, Muchtar Arifin, menyampaikan, pihaknya sangat mendukung program Bengkel Sampah.
"Ya kalau kami di pemerintah kan memang punya program bagaimana pengurangan 30 persen sampah. Tentu apa yang dilakukan Nazam sangat membantu. Terlebih dalam hal mengubah mind set masyarakat terkait sampah," sebut Muchtar.
Menurutnya, persoalan sampah di Padangsidimpuan cukup pelik. Setiap harinya, potensi timbulnya sampah itu sebanyak 85-100 ton. Namun, Padangsidimpuan tidak memiliki tempat pembuangan akhir (TPA) melainkan hanya tempat pembuangan sememtara (TPS).
"Makanya gerakan Nazam ini sangat membantu. Dari bank sampah itu setidaknya ada 1 ton sampah per harinya bisa dikelola. Namun, terpenting, pola pikir masyarakat itu bisa berubah," ucap Muchtar.
Sampai saat ini, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan Nazamuddin. Tahun lalu, pihaknya pun menyediakan tempat penyimpanan sampah di gudang laboratorium yang sudah tak dipakai. Selain itu, kolaborasi untuk penyuluhan ke sekolah-sekolah turut digencarkan.
"Harapannya ada Nazam-Nazam baru. Biar nanti setiap kelurahan dan kecamatan itu ada bank sampahnya. Ya moga-moga ini bisa jadi gerakan lebih besar lagi," sebut Muchtar.
Deputi Operasional PT Pegadaian Wilayah Sumatera Utara dan Aceh Basuki Tri Andayani menuturkan, program bank sampah yang dijalan Nazamuddin sejalan dengan program Pegadaian, yakni, MSME, yang sudah dimulai sejak tahun 2018.
Program ini mengajak masyarakat untuk sampah bukan sebagai limbah, melainkan peluang berinvestasi emas sekaligus menyelamatkan lingkungan. Sejauh ini, ada 19 bank sampah yang telah menjadi mitra Pegadaian, termasuk Bengkel Sampah.
"Program ini mendapat sambutan yang baik. Selain tentang pengelolaan dan pengurangan sampah, Pegadaian juga memberikan literasi keuangan yang lebih komperhensif," sebut Basuki.
Basuki menyampaikan, ada beragam bentuk kerja sama yang dilakukan bersama mitra bank sampah, mulai dari edukasi pengelolaan sampah, literasi terkait menabung emas di Pegadaian serta menggelar pasar murah dan lainnya.
"Tantangan pasti ada. Utamanya dalam menggerakkan minat masyarakat untuk mengonversi sampahnya ke emas. Banyak masyarakat masih berpikir untuk jangka pendek. Mereka membutuhkan uang tunai daripada berinvestasi emas," ucap Basuki.
"Namun, kami tetap optimistis. Dengan digencarkannya program MSME yang bermitra dengan bank sampah, perlahan-lahan dapat mengubah perspektif masyarakat seperti yang dilakukan Nazamuddin," katanya.
Begitulah perjalanan singkat Nazamuddin. Seorang pemuda yang punya visi, menimba ilmu di luar dan mengaplikasikannya untuk kemajuan daerahnya.
Dia mengubah pola pikir masyarakat, mencari jalan keluar untuk mengatasi persoalan mendasar, mengubah limbah jadi berkah dengan mengemaskan sampah.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang