Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bobby Sebut Pemekaran di Nias Jangan Dijadikan Isu Politik, Wakil Edy: Demi Keadilan Pembangunan

Kompas.com, 14 November 2024, 11:59 WIB
Rahmat Utomo,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Wacana pemekaran daerah menjadi topik perdebatan sengit antara dua pasangan calon gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution-Surya dan Edy Rahmayadi-Hasan Basri, di Tiara Convention Hall, Rabu (13/11/2024) malam.

Kubu Bobby menilai bahwa wacana ini hanya dimanfaatkan oleh kubu Edy-Hasan untuk kepentingan politik.

Edy-Hasan membantah tudingan tersebut dan menegaskan bahwa pemekaran adalah langkah untuk mencapai keadilan dan pemerataan pembangunan.

Baca juga: Debat Pilkada Sumut, Wakil Edy Singgung Video Kades Dukung Bobby di Tapsel

Perdebatan dimulai ketika Surya, wakil Bobby Nasution, menanyakan kepada kubu Edy-Hasan mengenai langkah konkret yang akan diambil terkait wacana pemekaran.

Surya menyatakan bahwa pemekaran diperlukan untuk meningkatkan akses pembangunan dan layanan di daerah terpencil.

Namun, ia juga mengingatkan adanya ketidakmampuan keuangan daerah dan kesiapan infrastruktur untuk mendukung pemekaran tersebut.

"Jadi langkah konkrit apa yang diambil untuk wacana pemekaran di beberapa wilayah, agar dapat mewujudkan pemerataan pembangunan dan akses layanan tanpa membebani keuangan daerah dan infrastruktur yang belum baik," ujar Surya kepada kubu Edy-Hasan.

Menanggapi hal itu, Hasan, wakil Edy, menjelaskan bahwa APBD Pemprov Sumut hanya sebesar 13,5 triliun, yang menurutnya tidak cukup untuk menjangkau seluruh pembangunan di Sumatera Utara.

Ia menekankan pentingnya pemekaran untuk mendorong pemerataan pembangunan.

"Pertama kita ingin mendorong Kepulauan Nias menjadi provinsi, Tapanuli juga. Ini semua tujuannya tidak lain untuk memberikan pemerataan pembangunan dan keadilan sektor pembangunan, dan inilah yang dirasakan oleh masyarakat kita," katanya.

Hasan juga menegaskan komitmennya untuk mendorong pemekaran Kepulauan Nias, meski mengakui bahwa niat tersebut terhambat oleh moratorium pemekaran yang diberlakukan pemerintah pusat selama sepuluh tahun terakhir.

"Kami sangat mendorong agar kedepan nanti pemekaran Nias dilakukan. Sayangnya, 10 tahun belakangan ini, pemerintah pusat memberlakukan moratorium pemekaran di Indonesia, sehingga pemerataan ini tidak terlaksana di Sumut. Saya kira moratorium ini harus dicabut untuk pemerataan pembangunan yang ada di Sumut," tegasnya.

Menanggapi pernyataan Hasan, Bobby mengakui bahwa ada beberapa daerah yang menginginkan pemekaran.

Namun, ia menuduh kubu Edy-Hasan menggunakan isu pemekaran di Nias hanya untuk kepentingan politik.

"Mohon maaf pak, jangan kita jadikan pemekaran ini jadi isu politik saja, karena mau meraih suara. Kayak di Nias bapak bilang tadi, gara-gara belum pernah disentuh selama 5 tahun yang lalu, biar dapat suara di sana, isu mekar di sana digulirkan, nggak boleh pak," ujar Bobby.

Halaman:


Terkini Lainnya
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Periksa Ayah dan Kakak Pelaku
Medan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Sempat Terputus Akibat Longsor, Akses Jalan di Sipirok Tapanuli Selatan Mulai Bisa Digunakan
Medan
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Medan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
Medan
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Medan
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
Medan
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Medan
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Medan
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Medan
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Medan
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Medan
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Medan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Medan
Kronologi Ibu Dibunuh Anak Sendiri di Medan, Polisi Dalami Penyebab
Kronologi Ibu Dibunuh Anak Sendiri di Medan, Polisi Dalami Penyebab
Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau