KOMPAS.com- Kain Ulos merupakan salah satu pakaian adat Sumatera Utara yang biasa dipakai oleh masyarakat Suku Batak.
Kain Ulos berupa kain tenun berbentuk selendang yang dianggap sebagai simbol restu, kasih sayang, dan persatuan.
Masyarakat Batak menganggap kain ulos sebagai benda sakral, yang sejalan dengan semboyan mereka “Ijuk pangihot ni hodong, Ulos pangihot ni holong”.
Artinya: “jika ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya, maka Ulos adalah pengikat kasih sayang antar sesama”.
Baca juga: Ruma Gorga, Rumah Adat Batak yang Sarat Makna
Kain ulos ini sudah digunakan oleh masyarakat Batak sejak zaman dahulu.
Pria Batak biasa menggunakan setelan jas, lalu kain ulos yang dililitkan ke seluruh bagian tubuhnya.
Sementara kaum wanita biasanya mengenakan kebaya, yang diselaraskan dengan kain ulos yang telah dibuat menjadi rok.
Selain itu, ada pula ulos yang disampirkan di bahu sebagai selendang.
Secara harfiah, ulos berarti kain selimut yang berfungsi untuk menghangatkan tubuh serta melindungi dari hawa dingin.
Adanya ulos ini menyimpan filosofi yang mendalam terkait keyakinan masyarakat Batak tentang kehidupan.
Nenek moyang masyarakat Batak meyakini tiga hal sebagai sumber kehidupan manusia, yaitu darah, nafas, dan kehangatan.
Dengan demikian, mereka meyakini manusia perlu kehangatan, yang bersumber dari tiga hal, yaitu matahari, api, dan ulos.
Lebih jauh, masyarakat Batak meyakini ulos jauh lebih fleksibel untuk digunakan sebagai penghangat tubuh.
Pasalnya, ulos tidak seperti matahari yang terbit dan terbenam, tidak pula seperti api yang tidak praktis digunakan.
Sebagai benda yang dianggap sakral dan memiliki filosofi yang mendalam, maka penggunaan ulos pun ada aturannya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.