Kembali ke Ayu, perempuan berhijab ini mulai memotret pesawat pada 2016.
Awalnya diajak temannya di komunitas bus, hasilnya ketagihan dan keterusan.
Kamera pertamanya Sony DSCH300 dan sampai sekarang masih dipakai. Perlengkapan lain hanya baterai, tripod dan gawai yang sesekali digunakan untuk merekam gambar.
Lokasi foto yang paling disukai adalah sedekat mungkin dengan pesawat dan tidak jauh dari bandara.
Di Medan, ada daerah namanya Araskabu. Aksesnya mudah, setiap Minggu banyak masyarakat yang berwisata menikmati aktivitas pesawat.
Ada juga pondok Kualanamu, pondok 05 di depan gudang kargo, pondok tengah yang paling banyak didatangi dan pondok 23 yang dekat apron bandara.
"Pesawat yang pernah ku foto, enggak banyak. Semua maskapai komersil, beberapa pesawat private jet. Pesawat langka, sih jarang, tapi yang rare traffic bisa dapat tiba-tiba saat spotting seperti private jet dengan tipe tertentu," sebut Ayu.
Para fotografer, juga masyarakat, memantau aktivitas pesawat di Flightradar24 dan Radar Box.
Cuaca Bandara Kualanamu yang kadang berkabut dan hujan, sering menghalangi pemotretan.
"Pernah waktu hujan deras, berburu pesawat Garuda Indonesia wide body A330-900 Neo. Hasilnya kurang bagus," imbuhnya.
Pernah dianggap mengganggu aktivitas penerbangan? Ayu mengangguk.
Waktu itu, komunitasnya spotting pesawat presiden di Lanud Soewondo.
Sempat kena tegur, tapi diarahkan dengan cara baik. Di Bandara Kualanamu, mereka belum pernah kena tegur karena lokasi memotret di luar bandara.
Baca juga: Ada Kendala Teknis, Pesawat Garuda Rute Padang-Jakarta Batal Lepas Landas
Saat ditanya soal teknik mengabadikan gambar, ketiganya saling berpandangan.
"Enggak ada teknik khusus, yang penting fokus pada objek. Jadi tidak harus menggunakan kamera canggih. Foto pesawat sama sulitnya dengan foto bus yang sedang melaju kencang, benar-benar harus fokus. Kalau terpotong atau kelewatan badannya sudah biasa," ujar Ayu.
Disinggung masalah penerbangan di Indonesia, ketiganya kompak menjawab tarif pesawat terlalu mahal.
Edu menyontohkan, penerbangannya dari Penang ke Singapura, harga tiketnya Rp 286.000.
Sedangkan maskapai Batik dari Medan ke Singapura dibandrol Rp 1,4 juta.
"Kalau keselamatan, sepertinya semua maskapai sudah berbenah menjadi lebih bagus. Masalah tinggal ke perilaku penumpang yang tak peduli keselamatan di pesawat. Misalnya harus mematikan ponsel atau mengalihan ke mode pesawat dan budaya tertib. Masih banyak yang pesawat belum berhenti, sudah berdiri, buka kabin. Enggak sabaran," kata Ayu. (Mei Leandha)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.