"Kami diberi susu, makanan roti, vitamin madu seminggu sekali. Kalau makanan setiap hari kami dikasih," ujarnya.
Veranika berharap bantuan dari kelurahan terus diterimanya hingga sang anak terbebas dari stunting.
Berjarak 1 km dari rumah Veranika, ada penderita stunting lainnya yang berusia 3 tahun bernama Rangga Putra. Bocah ini diagnosis mengalami stunting pada tahun 2022.
Rangga menumpang di rumah kakeknya seluas 4x6 meter persegi semi permanen yang lebih banyak didominasi papan yang sudah terlihat keropos.
Sementara lantainya hanya tanah beralaskan tikar. Kondisi semakin diperparah dengan lingkungan tempat tinggal Rangga yang kotor.
Tepat di depan rumah Rangga, terdapat tanah kosong yang berisi tumpukan sampah.
Sampah-sampah itu dibawa dari air laut pasang. Tidak ada inisiatif warga untuk membersihkannya.
Saat Kompas.com mengunjungi Rangga, dia sedang menonton film Upin Ipin. Tubuhya terlihat kurus.
"Awal mula kena stunting timbangan turun sama tingginya, berat badannya dia 10 kg, enggak sesuai. Harusnya 13 kg atau 12 kg," ujar ibu Rangga, Kartika Sari.
Saat Rangga didiagnosis stunting, Kartika sempat panik. Musababnya dua kakaknya yang berusia 10 dan 7 tahun tidak mengalami stunting.
"Saya mencari tahu sama kader posyandu, disarankan mereka kasih makanan bergizi, kasih vitamin," ujar Kartika.
Kartika mengatakan, kehidupan mereka pas-pasan. Sang suami hanya seorang kuli bangunan dengan rata-rata penghasilan Rp 2 juta perbulan.
Untungnya, setiap hari Rangga mendapat makanan bergizi dari kelurahan untuk membantu perkembangan tubuhnya.
Terpisah, Lurah Sicanang Belawan Debby Fauziah mengatakan, kasus stunting di wilayahnya merupakan yang terbanyak di Kota Medan. Namun, kini telah mengalami penurunan drastis.
Data yang rilis pada Februari 2022, ada 58 anak di Sicanang terkena stunting.