Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tuan Rondahaim, Sosok "Napoleon der Bataks" yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Kompas.com - 11/10/2023, 06:21 WIB
Teguh Pribadi,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Rondahaim adalah sosok raja yang menentang penjajahan kolonial Belanda di Sumatera.

Dia mempersempit ekspansi jajahan kolonial dengan strategi perangnya.

Rudi menyebutkan, Rondahaim membentuk pasukan gabungan dari kerajaan kecil di wilayah Simalungun, yakni Raja Siantar, Bandar, Sidamanik, Raja Tanah Jawa, Raja Pane, Raja Raya, Raja Purba, Raja Silimakuta, dan Raja Dolok Silou.

Baca juga: Pemprov Sumbar Usulkan Syafii Maarif Jadi Pahlawan Nasional

Rondahaim juga melatih para pasukan itu sebagai pasukan gerilya ataupun kavaleri dan mengangkat salah satu di antara mereka bernama Torangin Damanik sebagai Panglima Besar dari Kerajaan Sidamanik.

Selain perang terbuka dan gerilya, pasukan Rondahaim ditempatkan di beberapa pos di perkampungan untuk menjaga wilayah dari serangan Belanda.

"Jadi ketika Rondahaim masih hidup, Belanda tidak berani memijakkan kakinya sejengkal pun di tanah Simalungun,” kata Rudi.

Rondahaim berjuang melawan penjajahan kolonial Belanda dengan senjata. Senjata itu, kata Rudi, didapat dari hasil barter rempah-rempah dari Malaka yang saat itu dikuasai Portugis.

"Kalau dibilang tanpa senjata, itu ada buktinya meriam. Masih ada peninggalannya di Kodim Simalungun dan ada di Kabupaten Batubara,” ucapnya.

Baca juga: Dukung Mochtar Kusumaatmadja Jadi Pahlawan Nasional, Ridwan Kamil: Sosok yang Extraordinary

Selama Rondahaim memimpin Kerajaan Raya, serangkaian strategi perang diterapkan, hingga kolonial Belanda kesulitan memasuki wilayah Simalungun.

Belanda pun menjuluki Rondahaim sebagai "Napoleon der Bataks" karena ikut serta dalam perang yang terjadi di wilayah Residen Sumatera Timur dan aksi pembakaran tembakau Deli.

Rudi menyebut kakek buyutnya itu sosok yang sakti, garang, tanpa kompromi, serta cerdik. Pernah suatu ketika Belanda ingin berunding dengan Rondahaim di Pelabuhan Matapao.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com