Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Balita di Medan Dibunuh Ayah Tiri dan Ibu Kandung, Terungkap Setahun Setelah Kejadian

Kompas.com, 11 Mei 2024, 22:02 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - APN, bocah berusia lima tahun asal Medan, Sumatera Utara tewas dibunuh oleh ayah tirinya, Muhammad Baginda Siregar (26).

Kasus pembunuhan terjadi pada Maret 2023 dan baru terungkap setelah setahun.

Jasad korban dibuang ke Tapanuli Utara menggunakan mobil dengan bantuan ibu kandung korban, Ardila Hakim serta paman korban, Raj Samjani Siregar.

Ayah kandung korban, Riski Kurniawan Nasution (28), mengungkapkan awal mula terbongkarnya kasus kematian sang putra.

Ia bercerita mendapatkan kabar APN meninggal dunia pada 1 Mei 2024 dari sepupu mantan istrinya. Namun ia tak mendapatkan penjelasan penyebab APN meninggal dunia.

Baca juga: Kronologi Ayah Tiri dan Ibu Kandung Bunuh Balita di Medan, Berawal dari Video Call Pria Lain

Riski yang tinggal di Jakarta kemudian mencari tahu kebenarannya melalui sang ibu dan kakak.

Tiga hari kemudian tepatnya pada 3 Mei 2024, barulah Ardila Hakim mengirim kabar pada Riski dan mengatakan bahwa anak mereka sudah meninggal dunia.

Kala itu Ardila mengatakan APN meninggal dunia karena kejang akibat demam tinggi. Selain itu Ardila menyebut APN dimakamkan di sekitaran Kampung Kolam, Deli Serdang.

Tak percaya cerita tersebut, Riski kembali mencari kebenaran melalui sepupu sang mantan istri.

Saat itu ia mendapat kabar jika APN tewas dibunuh suami kedua mantan istrinya, Muhammad Baginda Siregar.

"Kemudian dia bilang anak kami meninggal karena step dan dikubur di kampung kolam. Setelah itu sudah cerita, sebenarnya saya sudah tahu kebenarannya bagaimana. Tapi saya pancing dia coba cerita dan supaya dia ketemu dengan keluarga saya, kayak saya,"ungkap Riski saat ditemui di rumahnya di Kecamatan Medan Johor, Sabtu (11/5/2024) siang.

Baca juga: Berawal Ejekan, Pemuda di Medan Tewas Dibunuh 3 Penjaga Pasar

Ia kemudian membujuk mantan istrinya agar mau betemu dengan kakaknya di Polsek Medan Timur. Hingga akhirnya terungkap APN tewas dibunuh bapak tirinya pada 9 Maret 2023.

Mendengar kabar dari kakaknya jika APN tewas dibunuh, Riski pun dari Jakarta kembali ke Medan pada 4 Mei 2024.

Lalu pada Senin (6/5/2024), Riski membawa mantan istrinya, Ardila Hakim ke Polda Sumut dan menyerahkannya ke Subdit IV Renakta Ditrreskrimum.

Di sini terungkap APN tewas akibat dipukul, dibanting ayah tirinya akibat mengadu kalau Ardila kerap video call dengan pria lain.

Meski sudah ketahuan, Ardila membantah sehingga Muhammad Baginda Siregar meluapkan kekesalannya kepada anak tirinya.

"Untuk motif, katanya karena si Tama (anak kami) ngadu ke ayah tirinya 'adek nampak mama telponan sama cowok',"ungkap dia.

Baca juga: Kedua Pihak Berdamai, Pengemudi Mercy Biang Kecelakaan di Medan Tak Ditahan

Polisi yang saat itu menerima laporan Riski, langsung memeriksa Ardila Hakim.

Pada Senin malam, polisi menangkap Muhammad Baginda Siregar, disusul keesokan harinya menangkap adiknya bernama Raj Samjani Siregar.

Riski Kurniawan Nasution dan Ardila Hakim menikah pada tahun 2017 dan berpisah pada tahun 2021.

Setelah bercerai, Riski kerap menanyakan kabar anaknta ke Ardila. Namun sang mantan istri selalu menolak memberi kabar. Bahkan Riski menduga yang membalas pesannya adalah Baginda Siregar.

"Dia bilang 'aku sudah punya suami. Gak usah kau campuri rumah tangga aku'," kata Riski menirukan.

Muhammad Baginda Siregar adalah pelaku yang membunuh korban hingga tewas.

Sementara Ardila Hakim ibu kandung korban dan Raj Samjani Siregar orang yang turut serta membuang mayat balita tersebut dari Kota Medan ke Jalan Lintas Sipirok, Desa Pansur Napitupu, Kecamatan Siatas Barita, Tapanuli.

Riski berharap proses hukum terhadap ketiganya bisa berjalan seadil-adilnya.

"Semoga proses hukum adil supaya Tama tenang."

Baca juga: Balita di Medan Dibunuh Ayah Tiri dan Dibuang ke Taput, Terungkap Setelah Setahun

Jasad korban sudah dimakamkan

Ilustrasi kekerasan pada anak.Dok. Freepik Ilustrasi kekerasan pada anak.
Ternyata jasad korban yang dibuang ke Tapanuli Utara, sudah dimakamkan.

Jasad korban ditemukan pada 15 Maret 2023 Setelah enam bulan di rumah sakit dan tak ada keluarga yang datang, jasad korban pun dimakamkan.

"Mayat berada di Rs Bayangkara Tingkat II selama 6 Bulan. Dikarenakan tidak ada warga ataupun keluarga yg menjemput kemudian dikebumikan oleh pihak rumah sakit Bayangkara tingkat II Medan,"kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sumut Kombes Sumaryono, Jumat (10/5/2024).

Ia mengatakan jasad korban ditemukan di Jalan Lintas Sipirok, Desa Pansur Napitupu, Kecamatan Siatas Barita, Tapanuli Utara pad 15 Maret 2023 dengan kondisi membusuk dan tak dapat dikenali.

Belakangan terungkap korban dibunuh ayah tirinyq pada 9 Maret 2023 di rumah pelaku Jalan Alumunium, Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli.

Baca juga: Anak di Rohil Selamat Usai Minum Kopi Beracun Pemberian Ibu Tiri

"Pada 15 Maret 2023 ditemukan mayat Mr x di Jalan Lintas Sipirok Kabupaten Tapanuli Utara.

Selanjutnya anggota Sat Reskrim Taput membawa mayat ke RS Bhayangkara TK II Medan untuk dilakukan otopsi," kata Kombes Sumaryono, Jumat (10/5/2024).

Pembunuhan ini terungkap setahun kemudian, tepatnya 6 Mei 2024, setelah ayah kandung korban bernama Rizki Kurniawan Nasution datang ke Subdit IV Renakta Ditrreskrimum Polda Sumut membawa mantan istrinya, yang merupakan ibu kandung korban, Ardilla Hakim (26).

Terungkap Ardila ikut membuang mayat anak kandungnya ke Tapanuli Utara, setelah anaknya dibunuh suami keduanya bernama Muhammad Baginda Siregar.

Kombes Sumaryono mengatakan pembunuhan berawal saat pelaku mendengar aduan dari korban yang mengatakan Ardila kerap video call dengan pria lain.

Baginda kemudian memanggil Ardila yang tak mengaku pernyataan anaknya. Keduanya pun terlibat cekcok.

Lalu pelaku memukul korban hingga bagian matanya berdarah.

Baca juga: Kronologi Ibu Racuni Anak Tiri di Riau, Beri Minum Kopi Kemasan Beracun hingga Kejang-kejang

"Dikarenakan korban menceritakan kepada ayah tirinya bahwa ibunya sering melakukan video call kepada pria lain. Tetapi Ardila tidak mengakui sehingga membuat Baginda emosi dan kemudian memukul hingga berdarah di bagian mata."

Tak hanya memukul, tersangka Baginda juga membanting korban sebanyak 2 kali, dan menginjaknya hingga korban tak bergerak.

Melihat korban tak bergerak, tersangka utama panik dan menyuruh Ardila memberi pertolongan dengan cara napas buatan ke korban.

Sayangnya nyawa korban tidak tertolong lagi dan meninggal dunia.

"Melihat korban tak bergerak pelaku panik dan menyuruh ibu korban memberikan pertolongan dengan cara membuat bantuan pernapasan, tetapi tidak tertolong,"sambungnya.

Melihat anaknya tidak bernyawa lagi, ibu kandung korban membawa mayat anaknya ke kamar lalu menutupinya dengan selimut.

Baca juga: Begini Kondisi Anak yang Diracuni Ibu Tiri di Rokan Hilir

Lalu muncul niat keduanya untuk membuang mayat balita tersebut.

Tersangka utama, Muhammad Baginda Siregar menghubungi adiknya bernama Raj Samjani supaya menyewa mobil menuju ke Tapanuli Utara untuk membuang mayat.

Pada 9 Maret 2023 sekira pukul 21:00 WIB, ketiga tersangka Muhammad Baginda Siregar (ayah tiri korban), Ardila Hakim (ibu kandung korban) dan Raj Samjani (adik Baginda) berangkat dari Kota Medan ke Tapanuli Utara menggunakan mobil sewaan.

Pada pukul 0200 WIB, tiga tersangka tiba ke Jalan lintas Sipirok, Desa Pansur Napitupu, Kecamatan Siatas Barita dan membuang mayat korban.

"Setelah selesai membuang mayat korban ke tiga pelaku kembali ke rumah," kata dia.

Kasus tersebut saat ini ditangani pihak kepolisian.

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul 6 Bulan Tak Dijemput Keluarga, Jasad Balita Dibunuh Ayah Tiri Sudah Dikubur Pihak RS Bhayangkara

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Kasus Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan, Polisi Dalami Motif dan Periksa Saksi
Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Polisi Beri Pendampingan Psikologis terhadap Anak Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan
Medan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
28 Jam Perjalanan Menembus Kota Sibolga, Kondisi Mencekam yang Tak Terbayangkan
Medan
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Kendala Tim SAR Gabungan Temukan Korban Longsor Sibolga: Terus Hujan dan Akses Jalan Sempit
Medan
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
7.780 Rumah Warga Langkat Sumut Rusak akibat Banjir, Pemerintah Siapkan Bantuan Rp 15-60 Juta
Medan
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Penjelasan Bobby soal Isu Pemotongan Anggaran Bencana di Sumut
Medan
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Warga Meninggal akibat Banjir di Langkat Sumut Bertambah Jadi 13 Orang
Medan
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Viral Video Sopir Truk Dianiaya Bajing Loncat Saat Antre BBM di Medan, 1 Pelaku Ditangkap
Medan
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Jembatan Penyeberangan Rusak akibat Banjir, Warga Sakit di Tapsel Dievakuasi Pakai Perahu
Medan
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Hutanabolon Tapanuli Tengah Belum Teraliri Listrik, Warga: Kasihlah Kami Genset Mini Saja
Medan
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Bobby Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Sumut sampai 24 Desember
Medan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Kementerian Kehutanan Ungkap Asal-Usul Pohon yang Terbawa Banjir di Batangtoru, Tapanuli Selatan
Medan
Kronologi Ibu Dibunuh Anak Sendiri di Medan, Polisi Dalami Penyebab
Kronologi Ibu Dibunuh Anak Sendiri di Medan, Polisi Dalami Penyebab
Medan
Banjir dan Longsor di Tapanuli Tengah, 3 Puskesmas, 1 Pustu Rusak dan Tak Bisa Beroperasi
Banjir dan Longsor di Tapanuli Tengah, 3 Puskesmas, 1 Pustu Rusak dan Tak Bisa Beroperasi
Medan
Cerita Pilot Helikopter saat Antar Bantuan ke Korban Banjir Sumut: Selalu Ingin Menangis
Cerita Pilot Helikopter saat Antar Bantuan ke Korban Banjir Sumut: Selalu Ingin Menangis
Medan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau