KOMPAS.com - Di kontrakan sederhana berukuran 3x8 meter persegi, Veranika (32) tampak ceria menemani anaknya, Elsa (3) dan Cristian Noah (2) bermain kuda-kudaan.
Dengan seksama, dia juga mengawasi keduanya agar tidak keluar rumah.
Baca juga: Upaya Menurunkan Angka Stunting di Sumut
Alasannya, air pasang laut sedang berlangsung. Tinggi air bisa sampai selutut orang dewasa.
Baca juga: Posyandu dan Pondok Ceting, Siasat Pemkot Medan Turunkan Angka Stunting
Air pasang juga akan membawa limbah drainase yang diyakini Veranika membawa banyak penyakit.
Veranika menyadari pentingnya kesehatan sejak kedua anaknya diagnosis mengalami stunting pada tahun 2022.
Untuk diketahui, kawasan pesisir pantai di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Sumatera Utara, tempat Veranika tinggal, menjadi penyumbang angka stunting tertinggi di Kota Medan.
Pemukiman kumuh dan miskin menjadi penyebabnya.
"Jadi di posyandu tahun lalu, berat Elsa kemarin 8,8 kg dan Noah 7,9 Kg. Badannya tidak sesuai dengan usianya. Pokoknya dia di bawah garis merah, kena stunting," ujar Veranika kepada Kompas.com, di rumahnya, Kamis (6/4/2023).
Saat itu kata bidan posyandu, faktor lingkungan dan gizi menjadi penyebab anaknya menderita stunting.
Elsa dan Noah memang terlihat kurus, tapi Veranika tidak bisa berbuat banyak.
Suaminya hanyalah seorang buruh lepas di salah satu pabrik yang belum tentu bekerja full dalam sebulan.
"Sekali kerja penghasilannya Rp 75.000 sehari kalau ada panggilan. Kami sudah empat tahun menikah," ujarnya
Kata Veranika, penghasilan sang suami hanya cukup untuk biaya makan seadanya dan bayar kontrakan rumah sebesar Rp 250.000 perbulan.
"Iya, karena bapaknya gaji sedikit. Kami bagi-bagilah untuk kebutuhan hidup. Kami bagi juga untuk bayar rumah," kata Veranika.
Meskipun begitu, Veranika bersyukur. Lurah setempat memperhatikan kondisi anaknya dengan menyuplai makanan bergizi tiap hari.