Di sekitarnya terdapar ember, gayung serta peralatan makan dan minum serta tiga bak air plastik. Satu toilet jongkok itu digunakan puluhan penghuni untuk buang air besar.
Sementara di luar pintu, ada sebuah kasur yang digunakan oleh penjaga kerangkeng. Dan di depan jeruji besi, terdapat sebuah disepenser air tempat tahanan minum.
Saat memasuki ruangan, aroma tak sedap langsung menyeruak dari dalam kerangkeng.
Baca juga: Satwa Dilindungi Ditemukan di Rumah Bupati Nonaktif Langkat, Begini Respons Gubernur Edy
Sementara itu Kepala Dusun I Nangka Lima, Desa Raja Tengah, Repelita Sitepu mengatakan selama ini, lokasi tersebut memang terbuka.
Namun, tetap saja untuk berkunjung tidak boleh sembarangan. Pengunjung harus melapor kepada penjaga.
"Bisa dilihat sendirilah, ini kan terbuka, tidak ada pembatasnya, pintunya enggak ada, terbuka," kata Repelita.
Ia mengatakan bangunan itu sudah ada sejak sembilan tahun yang lalu. sebagai kepala dusun, Repelita mengaku selalu mendapat laporan jika ada orang yang masuk untuk direhabilitasi karena kecanduan narkoba.
Sekitar jam 08.00 pagi, para penghuni biasanya akan apel pagi. Mereka kemudian dibagi kelomok untuk diarahkan ke lokasi yang sudah ditentukan.
Pada jam 11.30 siang, para penghuni kembali untuk makan lalu kembali ke arahan lokasi yang ditentukan pagi hari Saat sore, mereka kembali ke lokasi kerangkeng.
Menurut Repelita, aktivitas yang dilakukan penghuni kerangkeng mulai dari ibadah, olahraga, serta keterampilan yang bisa menunjang hidupnya setelah keluar dari tempat rehabilitasi.
"Kerja ringan untuk membentuk skill mereka. Diajari kerja potong rumput, buat makanan ternak. Penempatannya di pabrik di bagian pengolahan dan lainnya," kata Repelita.
Baca juga: Melihat dari Dekat Kerangkeng di Rumah Bupati Langkat, Begini Isinya
Menurut dia, kerangkeng itu memang digembok agar orang yang baru masuk atau yang belum sembuh tidak akan kabur. Sementara yang sudah mulai bersih, menurut dia, akan bisa lebih leluasa.
"Yang sudah mendekati tahap pengembalian atau sudah lebih lama dan mau sembuh, mereka dijadikan pemimpin. Karena yang baru-baru bisa saja mereka mau kabur," kata Repelita.
Repelita mengatakan, ada 48 orang yang sebelumnya menjalani rehabilitasi di tempat itu.
"Sebagian ada yang dijemput keluarganya, dan sebagian yang tak mau pulang dan keluarganya juga menolak. Tapi kami sampaikan, tampung dulu untuk sementara," kata Repelita.